Studium General Prodi MD UIN Jakarta: Jepang Raih Keunggulan Pariwisata Muslim Global Lewat Strategi "Umpan Panjang"
UIN Jakarta, 2 Oktober 2025, Program Studi Manajemen Dakwah (Prodi MD), Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sukses menggelar Studium General bertema "Bermain Umpan Panjang: Strategi Berkelanjutan Jepang Memikat Turis Muslim."
Acara yang menjadi buah kerja sama internasional ini berlangsung di Ruang Theater Lt.2 FDIKOM UIN Jakarta pada hari Kamis, 2 Oktober 2025.
Acara dibuka secara resmi dan keynote speech disampaikan oleh Wakil Dekan Bidang 3 Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerja Sama, Dr. Muhtadi, M.Si., yang mewakili Dekan FDIKOM. Dr. Muhtadi menggarisbawahi pentingnya studi global dan mendorong kerja sama internasional untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas mahasiswa, khususnya dalam konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah.
Ketua Program Studi Manajemen Dakwah, Amirudin, M.Si., menyatakan kebanggaannya atas kolaborasi global Prodi MD. Beliau menyebut kegiatan ini adalah buah kerja sama kita dengan Kyoto University dan diinisiasi oleh Prof. Wahyu serta difollow up terus oleh pihak dekanat. Beliau berharap acara ini dapat menambah wawasan audiens mengenai strategi menjaring turis Muslim, serta menjadi energi positif bagi mahasiswa khususnya semester awal untuk bersiap Go-International.
Sesi utama Studium General menghadirkan tiga narasumber yang mengupas tuntas strategi pariwisata syariah.
Cahaya Rizka Putri, seorang Mahasiswa S3 Kyoto University, membuka wawasan peserta mengenai cara Jepang meretas strategi pariwisata Muslim yang fresh dan inklusif. Menurutnya, kegagalan dalam strategi seringkali terjadi akibat "Kesalahan Eksekusi".
"Penyuluhan yang berlebihan seringkali menimbulkan keraguan dan kekhawatiran di antara para pelaku bisnis, ditambah lagi target pasar yang terlalu segmented sehingga menghadirkan kekhawatiran terhadap kesuksesan bisnis," jelas Cahaya.
Sebagai solusinya, Jepang mempromosikan pendekatan yang lebih ramah dan inklusif. Strategi ini bergeser dari fokus sempit "halal" menjadi "ramah bagi semua," yaitu dengan membidik pasar yang melihat perubahan gaya hidup secara global. Ia mencontohkan, alih-alih repot membuat menu baru yang dikhususkan untuk Muslim, restoran cukup menyediakan 1-2 menu yang merupakan variasi dari menu yang sudah ada, misalnya menu pescatarian atau gluten-free, yang secara tidak langsung memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim.
Strategi ini tidak lepas dari Peran Pemerintah melalui MLIT dan JNTO yang aktif membentuk badan-badan khusus, mencanangkan kampanye pariwisata di berbagai media, hingga bekerja sama dengan pihak swasta dan pebisnis lokal untuk menggulirkan modal non-tunai dan event berskala besar.
Melengkapi paparan Cahaya, Dr. Muh. Zen, Lc., MA., memaparkan perbandingan posisi kedua negara di industri wisata halal, menyoroti bahwa meskipun Indonesia unggul di GIEI 2025 (Peringkat 3) dan pernah menjadi Juara 1 GMTI 2023, kekuatan Jepang justru terletak pada kualitas layanan premiumnya.
Dr. Zen menekankan bahwa Jepang meraih Peringkat 6 dalam GMTI 2025 kategori Non-OIC, berkat kekuatan kualitas layanan Omotenashi, keamanan, kebersihan kelas dunia, dan teknologi maju yang terintegrasi untuk kemudahan wisata halal.
Strategi ini disebut "umpan panjang," karena Jepang membangun loyalitas wisatawan Muslim melalui pengalaman menyeluruh, keamanan, dan pelayanan premium. Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata syariah tidak hanya tentang label, tetapi tentang pengalaman budaya unik (high value experience) dan pelayanan kelas dunia.
Studium General ini berhasil membuka cakrawala mahasiswa Prodi Manajemen Dakwah untuk mengadopsi semangat profesionalisme dan adaptasi teknologi dalam dakwah dan pemberdayaan umat.