Studium General PMI: Pemberdayaan Perempuan dalam Kearifan Lokal
Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM) mengadakan kegiatan studium general dengan mengusung tema “Pemberdayaan Perempuan dalam Kearifan Lokal.” Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Teater lantai 2 FDIKOM UIN Jakarta. Pada Rabu, 26 Juni 2024.
Dipandu oleh Anggita Bunga Pratiwi sebagai Master of Ceremony, kegiatan diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Fadli Maulana, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Dakwah. Panitia juga menampilkan video profil FDIKOM sebagai salah satu upaya branding kepada pihak internal maupun eksternal yang berhadir pada kegiatan studium general ini. Acara dilanjut dengan sambutan-sambutan dan ditutup dengan pembacaan doa.
Dalam sambutannya Ketua Program Studi PMI, WG. Pramita Ratnasari menyampaikan terkait latar belakang tema studium general yang dilaksanakan yaitu Pemberdayaan Perempuan dalam Kearifan Lokal. Ia juga menekankan bahwa keberagaman itu adalah sebuah anugerah dan jangan dijadikan jurang pembeda yang justru menimbulkan konflik di masa mendatang.
Dekan FDIKOM, Gun Gun Heryanto pada sambutannya menyampaikan bahwa gerakan perubahan sosial tanpa terencana dengan baik tidak akan terwujud dengan maksimal.
“Gerakan perubahan sosial dapat dilakukan dengan model paling sederhana yaitu Alternative Social Movement dimana gerakan kecil yang dilakukan dapat berdampak besar jika dilakukan secara konsisten. Pada proses pemberdayaan menuju perubahan sosial yang lebih baik dibutuhkan basis pemikiran yang kuat, karena sejatinya berpikir dulu baru bergerak. Dari kegiatan studium general ini juga diharapkan agar perempuan bukan hanya menjadi objek tapi juga subjek dalam perubahan,” Ujar Gun Gun Heryanto dalam sambutan.
Pemaparan Materi oleh Narasumber
Kegiatan dilanjut dengan pemaparan materi oleh para narasumber yang dipandu oleh moderator Isna Rahmawati. Pada sesi pertama, Edy Fajar Prasetyo selaku narasumber menyampaikan materi tentang sociopreneur. Ia membagikan pengalamannya sebagai seorang sociopreneur. Bagaimana memulai dan menjaga agar tetap konsisten sebagai pemberdaya di masyarakat. Ia juga menyampaikan terkait perempuan bukan lagi objek pemberdayaan, tetapi mampu menjadi subjek pemberdayaan.
Pada sesi kedua pemaparan materi disampaikan oleh Nadya Kharisma. Ia memberikan penjelasan terkait apa saja tahapan pemberdayaan perempuan yang dapat dilakukan. Mulai dari identifikasi potensi dan kebutuhan, penyusunan rencana aksi, implementasi program serta evaluasi dan monitoring. Ia juga menekankan bahwasanya konsep kesetaraan itu bukanlah harus sama antara laki-laki dan perempuan, melainkan adil tanpa adanya kesenjangan. Kegiatan dilanjut dengan sesi tanya jawab dan penutup dari moderator. Terakhir, Master of Ceremony menutup kegiatan Studium General dan mengarahkan untuk foto bersama narasumber dan peserta yang hadir.