Sattire Bendera One Piece
Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, sebuah fenomena unik mencuri perhatian publik. Di berbagai media sosial, muncul pemandangan bendera bajak laut One Piece yang dikibarkan berdampingan dengan Sang Saka Merah Putih.
Fenomena ini sontak menjadi viral. Sebagian masyarakat menilai hal ini sebagai bentuk kreativitas dan ekspresi generasi muda. Namun, sebagian lainnya menganggapnya berlebihan, bahkan menimbulkan perdebatan serius di ruang publik.
Dalam sebuah dialog di televisi, para pakar komunikasi, analis media, hingga perwakilan generasi muda angkat bicara. Prof. Gun Gun Herianto menilai, penggunaan simbol dari budaya populer seperti One Piece adalah bentuk ekspresi simbolik dalam demokrasi. Ia menegaskan, ekspresi semacam ini sah-sah saja selama tidak bersifat destruktif.
Dari data media sosial, mayoritas percakapan warganet justru bernada positif. Lebih dari 60 persen menyebut fenomena ini sebagai hiburan sekaligus kritik kreatif. Para pakar melihatnya sebagai partisipasi politik non-konvensional—sebuah cara generasi muda menyuarakan pendapat dengan bahasa yang dekat dengan keseharian mereka.
Generasi muda dianggap mampu menghadirkan simbol populer untuk menyampaikan pesan yang lebih cepat dipahami audiensnya. Sama seperti salam tiga jari di Thailand atau payung kuning di Hongkong, One Piece kini hadir sebagai medium kritik dan ekspresi.
Perbedaan pandangan tentu wajar dalam demokrasi. Namun satu hal yang pasti, cara kita merayakan kemerdekaan seharusnya tidak melupakan nilai keberagaman, kebebasan berekspresi, dan semangat persatuan. Sebab masa depan bangsa ini ada di tangan kita semua.
Sumber : https://www.youtube.com/live/RKvAGS-KurY?si=R2fgNsG-vHKZbrLt