Prodi KPI FDIKOM UIN Jakarta Kembali Gelar Diskusi Dosen Bertajuk “Peluang dan Tantangan Keilmuan KPI di Era Digital”
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam FDIKOM UIN Jakarta kembali menggelar Diskusi Komunikasi dan Penyiaran Islam (SIKOPI) Seri 2 Sesi 5 dengan mengusung tema “Peluang dan Tantangan KPI di Era Digital” pada Rabu (25/06), bertempat di Ruang Meeting lantai 2 FDIKOM yang dihadiri oleh Dekan FDIKOM Dr. Gun Gun Heryanto beserta jajaran Wakil Dekan, Ketua Program Studi, Dosen, serta Mahasiswa. Diskusi dibuka oleh Ketua Prodi KPI, Dr. Yopi Kusmiati, M.Si dan dipandu oleh Ade Masturi, M.A selaku moderator.
Zakaria, M.Ag sebagai narasumber pertama memaparkan materi tentang peluang komunikasi penyiaran islam. Dalam paparannya, komunikasi dan penyiaran islam merupakan jembatan menuju masyarakat beradab yang berfungsi menyampaikan pesan yang dapat menghidupkan hati dan jiwa. Maka, peluang keilmuan KPI berdasarkan penjelasan Zakaria yaitu: adanya integrasi ilmu dakwah dan ilmu komunikasi, perkembangan media dakwah, kolaborasi multidisipliner, penguatan SDM, pengembangan kurikulum KPI berbasis ristek, dan produksi konten dakwah yang integratif etik.
Selanjutnya, Joni Arman Hamid, M.I.Kom., menyampaikan tentang "Tantangan KPI". Ia menyatakan bahwa diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk mengikuti perubahan tren komunikasi media dalam perkembangan teknologi yang cepat dan adaptasi teknologi. Menurutnya, perkembangan teknologi menjadi tantangan keilmuan KPI dalam menghadapi isu-isu kontemporer dan persaingan media dengan meningkatkan kualitas dan reliabilitas program siaran.
Materi tantangan keilmuan Komunikasi Penyiaran Islam selanjutnya dipaparkan oleh Pia Khoirotun Nisa, M.Ikom. Ia menjelaskan 5 tantangan di era kontemporer yaitu pertama, pada masalah epistemologis dan kurikulum. Kedua, kompetensi dosen dan mahasiswa KPI yang adaptif terhadap media dan digitalisasi. Ketiga, tantangan dunia industri dan profesi. Keempat, dekadensi konten dakwah di media yang mengacu pada maraknya konten keislaman yang dangkal, intoleran, dan hoaks. Kelima, minimnya publikasi ilmiah KPI di kancah global dengan ketidakhadiran KPI dalam jurnal internasional dan diskursus akademik global. (Lutfi Retno Puji Rahayu)