Peran Strategis Media dalam Dinamika Gerakan Sosial Kontemporer:  Sebuah Catatan Kritis
Peran Strategis Media dalam Dinamika Gerakan Sosial Kontemporer: Sebuah Catatan Kritis

Seminar dan Konferensi Internasional bertajuk “Contemporary Social Movement in Indonesia: Media and Social Development Perspectives” yang diadakan oleh Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membawa perspektif baru dan mendalam terhadap peran media dalam pembangunan sosial dan dinamika gerakan sosial di Indonesia. Di tengah era digital yang makin terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari, acara ini menghadirkan diskusi kritis tentang bagaimana media—baik tradisional, digital, maupun sosial—berperan tidak hanya sebagai penyebar informasi, tetapi juga sebagai agen perubahan dan penggerak sosial yang mampu memobilisasi massa secara lebih efektif dan strategis.

1.Media sebagai Fasilitator versus Agitator Sosial

Satu perspektif kritis yang bisa dikedepankan dalam diskusi ini adalah posisi media sebagai “fasilitator” gerakan sosial dibandingkan sebagai “agitator”. Media digital, dengan kemampuannya dalam mempercepat arus informasi, berpotensi memperbesar isu-isu sosial sehingga menjadi isu yang lebih luas dan mampu menggugah perhatian publik. Namun, perlu dipahami pula bahwa media juga memiliki kecenderungan untuk memilih isu-isu tertentu yang kemudian dikemas dalam bingkai-bingkai tertentu yang bisa saja menciptakan polarisasi sosial. Tantangan ini menuntut para pelaku media untuk menjaga independensi, kredibilitas, serta memperhatikan dampak jangka panjang terhadap tatanan sosial yang lebih besar.

2.Peran Media dalam Membangun Kesadaran dan Partisipasi Publik

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena gerakan sosial yang didukung oleh media digital di Indonesia telah melahirkan gelombang kesadaran publik yang signifikan tentang isu-isu kritis, seperti keadilan sosial, hak asasi manusia, dan pelestarian lingkungan. Keterlibatan media dalam menyuarakan isu-isu ini telah mengubah wacana publik, di mana isu yang sebelumnya mungkin dianggap sensitif atau kurang populer kini menjadi diskusi umum di berbagai kalangan. Akan tetapi, tantangannya adalah bagaimana media dapat mengembangkan narasi yang mendalam dan berbasis data yang kredibel agar publik tidak hanya sekadar mengikuti tren, tetapi juga memahami kompleksitas dari setiap masalah yang disorot.

3.Gerakan Sosial sebagai Respons terhadap Status Quo: Sebuah Kritik pada Media Arus Utama

Sering kali, media arus utama dituduh memperkuat narasi status quo, terutama ketika isu-isu sosial berpotensi menantang kepentingan-kepentingan elit. Diskusi ini memunculkan pertanyaan penting: sejauh mana media arus utama dapat bersikap independen dan berfungsi sebagai ruang bebas untuk advokasi perubahan? Di sinilah peran media alternatif dan media sosial sering kali muncul sebagai suara independen yang menawarkan perspektif berbeda. Namun, media alternatif pun menghadapi tantangan tersendiri dalam membangun kredibilitas dan memerangi informasi yang salah (misinformation) serta bias yang kerap muncul dalam produksi kontennya.

4.Transformasi Media dan Kemunculan Gerakan Sosial Hybrid

Acara ini juga menjadi wadah diskusi tentang bagaimana media digital memfasilitasi gerakan sosial hybrid yang menggabungkan aksi daring (online) dan luring (offline) untuk memperbesar dampaknya. Misalnya, kampanye digital yang berlangsung di media sosial dapat menggerakkan partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam aksi nyata, seperti demonstrasi atau kerja bakti lingkungan. Dalam perspektif kritis, perlu dievaluasi apakah pendekatan hybrid ini selalu berhasil mendorong perubahan konkret ataukah sekadar menciptakan fenomena semu (slacktivism), di mana individu merasa cukup berkontribusi hanya dengan membagikan konten tanpa tindakan lebih lanjut.

5.Pembangunan Sosial melalui Media: Antara Peluang dan Tantangan Etika

Peran media dalam pembangunan sosial juga mengangkat isu penting tentang etika. Media memiliki kekuatan untuk mendorong perubahan, tetapi dalam prosesnya juga berisiko menimbulkan dampak negatif, seperti polarisasi sosial, penghakiman publik, dan penyebaran stereotip yang merugikan kelompok tertentu. Pada titik ini, seminar ini memberikan peluang bagi para ahli untuk mengevaluasi standar etika yang harus diterapkan media dalam pemberitaan isu sosial. Bagaimana media dapat mempertahankan keberimbangan tanpa mengorbankan kepentingan publik, dan bagaimana media dapat menghindari framing yang memicu ketegangan atau menyulut konflik?

6.Pengakuan Akademik dan Publikasi Ilmiah: Dampak pada Diskursus Gerakan Sosial

Pengakuan akademik yang dicapai melalui publikasi di jurnal bereputasi internasional menunjukkan bahwa pemikiran dan kajian para dosen Fdikom UIN Jakarta dapat ikut mewarnai diskursus gerakan sosial di level global. Hal ini penting, mengingat bahwa tantangan yang dihadapi gerakan sosial di Indonesia memiliki kemiripan dengan isu global. Dengan hadirnya perspektif dari Indonesia, khususnya dari akademisi Muslim, kontribusi ini dapat memperkaya diskusi gerakan sosial secara internasional sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global yang berkontribusi aktif terhadap pembangunan sosial.

7.Rekomendasi dan Tindakan Berbasis Hasil Seminar

Seminar ini diharapkan menghasilkan rekomendasi yang relevan bagi berbagai pemangku kepentingan, dari pemerintah hingga masyarakat sipil, tentang cara memperkuat peran media dalam memfasilitasi perubahan sosial yang konstruktif. Misalnya, diperlukan panduan kebijakan yang lebih jelas tentang regulasi media, pendidikan literasi media untuk masyarakat, dan kolaborasi antara media dengan lembaga sosial untuk menyuarakan isu-isu penting secara berkelanjutan.

Secara keseluruhan, seminar ini tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga titik tolak refleksi kritis bagi peran media dalam konteks gerakan sosial. Acara ini menekankan perlunya media untuk terus berinovasi sambil tetap memperhatikan aspek etika dan kualitas informasi, sehingga perubahan sosial yang digagas benar-benar berdampak positif dan berkelanjutan bagi masyarakat. (Deden/Study)

 

* Deden Mauli Drajat adalah Direktur Eksekutif P2KM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Arikel ini ditulis bersama Study Rizal L. Kontu dan telah tayang di retizen.republika.co.id pada tanggal 08 November 2024