Merancang Dakwah Adaptif: Catatan Pengabdian Ramadhan di Tanah Papua
Merancang Dakwah Adaptif: Catatan Pengabdian Ramadhan di Tanah Papua

Pengabdian kepada masyarakat merupakan bagian penting dari proses pembelajaran di Program Magister Manajemen Dakwah. Bukan sekadar kewajiban akademik, tetapi juga bentuk komitmen moral untuk hadir dan memberi manfaat di tengah-tengah umat. Ramadhan 1445 H lalu, tepatnya pada 12 Maret sampai 15 April 2025, kami berkesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan dakwah dan sosial kemasyarakatan di Papua. Sebuah pengalaman penuh dinamika yang memperkaya perspektif saya dalam memahami realitas lapangan dan menerapkan konsep manajemen dakwah secara praktis dan adaptif.

Realitas Tak Sesuai Ekspektasi

Sebelum berangkat, saya membayangkan bahwa program dakwah Ramadhan di Papua telah dirancang sebelumnya. Kami mengira tugas dakwah adalah melaksanakan jadwal yang sudah tersedia. Namun, sesampainya di lokasi, yaitu di Masjid Al-Aqshaa Skouw Jayapura, kami dihadapkan pada kenyataan yang jauh dari bayangan.

Tidak ada program yang siap dijalankan. Jadwal kajian belum disusun, panitia Ramadhan belum dibentuk, bahkan kegiatan rutin bulan puasa seperti penerimaan zakat fitri, peringatan Nuzulul Qur’an, dan i’tikaf belum direncanakan. Saat itulah kami menyadari bahwa kami bukan hanya bertugas menyampaikan materi dakwah, tetapi juga harus menjadi perancang, pelaksana, sekaligus manajer program keummatan.

Perencanaan Adaptif dan Partisipatif

Berbekal prinsip partisipatif dalam manajemen dakwah, kami tidak menyusun program secara sepihak. Kami berdiskusi dengan tokoh masyarakat, pengurus masjid, dan jamaah untuk merancang program Ramadhan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka. Diskusi ini menjadi fondasi dari desain program yang fleksibel, sederhana, tetapi bermakna.

Program yang telah disepakati kemudian kami jalankan secara bertahap. Kami juga melakukan evaluasi berkala untuk memastikan materi dan metode penyampaian tetap relevan dengan kondisi jamaah. Misalnya, ketika di awal kami menyampaikan kajian hadis secara mendalam, sebagian jamaah merasa kesulitan memahami. Maka kami ubah pendekatan dengan menyampaikan materi fiqih dasar secara perlahan dan komunikatif, diselingi humor agar suasana terasa lebih hangat.

Struktur Program Dakwah Ramadhan

Seluruh kegiatan selama bulan Ramadhan kami kelompokkan menjadi tiga jenis program: Harian, Mingguan, dan Bulanan. Berikut ini penjelasannya:

  1. Program Harian
  • Imam Salat Lima Waktu serta Tarawih dan Witir
  • Kajian Ba’da Subuh bertema fiqih dasar, disertai sesi tanya jawab
  • Mengajar Iqra dan Al-Qur’an untuk anak-anak dan remaja setiap ba’da Asar
  • Buka Puasa dan Doa bersama di masjid
  • Kultum Menjelang Tarawih dengan tema hadis dan akhlak
  • Tadarus Al-Qur’an ba’da Tarawih secara berjamaah
  1. Program Mingguan
  • Pengajian Majelis Taklim Ibu-Ibu dan Khataman Al-Qur’an, dilaksanakan setiap pekan ba’da Dzuhur hingga Asar
  • Pesantren Kilat Remaja, setiap Sabtu sore, berisi materi akidah dan muamalah
  • Khutbah dan Imam Salat Jumat
  1. Program Bulanan
  • Peringatan Nuzulul Qur’an dengan pengajian khusus
  • I’tikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan
  • Penerimaan dan Penyaluran Zakat Fitri yang dikelola secara transparan dan tepat sasaran
  • Pelaksanaan Salat dan Khutbah Idul Fitri

Setiap materi kami rancang berbeda-beda sesuai waktu dan segmen jamaah. Kajian subuh lebih serius dan mendalam untuk bapak-ibu dewasa, sementara kultum tarawih lebih ringan dan naratif, agar bisa diterima oleh jamaah dari berbagai usia. Untuk pengajian mingguan, fokus materi kami arahkan pada fondasi akidah dan pemahaman sosial Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Selain di Masjid Al-Aqshaa, kami juga diundang mengisi pengajian di rumah warga dan masjid sekitar. Pada tanggal 16 dan 17 Ramadhan, kami berkesempatan mengisi ceramah Nuzulul Qur’an, kultum Subuh, serta kultum menjelang buka puasa di Masjid As-Salihin, Abepura, Kota Jayapura. Antusiasme warga di sana sangat tinggi. Kegiatan ini tidak hanya mempererat ukhuwah, tetapi juga memperluas jangkauan dakwah kami di luar lingkup masjid utama.

Refleksi: Manajemen Dakwah di Lapangan

Pengalaman ini mengajarkan saya banyak hal tentang pentingnya fleksibilitas, empati, dan komunikasi dalam manajemen dakwah. Tidak semua program dakwah bisa dijalankan seperti di atas kertas. Di lapangan, diperlukan penyesuaian berkelanjutan, kolaborasi dengan masyarakat, dan kesiapan untuk terus belajar.

Sebagai mahasiswa Magister Manajemen Dakwah, saya menyadari bahwa keberhasilan dakwah tidak hanya ditentukan oleh seberapa canggih metode atau seberapa banyak materi yang disampaikan, tetapi pada ketepatan strategi, konteks sosial jamaah, serta kemampuan membangun hubungan yang tulus dengan umat.

Semoga pengalaman ini menjadi inspirasi bagi rekan-rekan lain dalam melaksanakan pengabdian masyarakat, sekaligus memperkuat semangat kolaboratif dalam merancang dakwah yang membumi dan berkelanjutan.(Baharudin Ardani)

Papua 2

Penulis adalah mahasiswa Magister Manajemen Dakwah FDIKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Artikel ini merupakan buah pengalaman dari kegiatan pengabdian masyarakat selama bulan Ramadhan 1445 H di Skouw, Jayapura, Papua.