Menginap di Atilla’s Cave House, Rumah Berusia Ribuan Tahun yang Disulap Menjadi Hotel Nyaman
Kapadokya, Turki — Pengalaman yang tak terlupakan dirasakan delegasi peneliti Indonesia ketika menginap di Atillah, sebuah rumah kuno berusia dua ribuan tahun yang kini dialihfungsikan menjadi hotel berkarakter, menyatukan keaslian sejarah dengan kenyamanan modern. Bangunan yang berdiri dari pahatan batu vulkanik khas kawasan Kapadokya ini menjadi saksi perjalanan panjang peradaban, sekaligus bukti bahwa warisan budaya dapat hidup berdampingan dengan kebutuhan pariwisata masa kini.
Sejak tiba di Atilla’s, delegasi disambut suasana khas hunian era kuno. Lorong-lorong batu, ruang bawah tanah, dan kamar-kamar dengan struktur gua memberikan sensasi tinggal di ruang arkeologis, namun tanpa kehilangan kenyamanan. Lantai batu yang sejuk, pencahayaan hangat, serta interior minimalis yang mempertahankan nuansa asli menciptakan ketenangan yang sulit ditemui di penginapan modern.
Yang membuat Atilla’s semakin istimewa adalah pemeliharaan otentisitas bangunan. Setiap sudut tampil apa adanya, memperlihatkan jejak zaman yang bertahan ribuan tahun—lapisan sejarah yang memeluk pengunjung selama beristirahat. Tidak berlebihan apabila banyak wisatawan menyebutnya sebagai “rumah sejarah yang bernafas”, karena Atilla’s bukan museum statis, melainkan ruang hidup yang menyuguhkan pengalaman bermalam di tengah atmosfer peradaban masa lampau.
Meskipun demikian, suasana kuno Atilla’s berpadu harmonis dengan fasilitas modern yang membuat para tamu merasa “pulang” setelah perjalanan panjang riset dan eksplorasi. Kamar yang hangat, teknologi pemanas batu, kamar mandi lengkap, hingga ruang sarapan dengan menu lokal membuat kenyamanan tetap menjadi prioritas. Delegasi memuji keramahan pengelola yang selalu siap membantu, bahkan menceritakan sejarah rumah dari generasi ke generasi, menambah kedalaman pengalaman budaya para peneliti selama di Kapadokya.
Pada malam hari, Atilla’s tampil semakin magis. Formasi batu yang diterangi lampu kuning keemasan memantulkan bayangan khas yang menegaskan keindahan arsitektur alami. Para delegasi menghabiskan waktu duduk di teras batu sembari mengobrol ringan tentang agenda penelitian, menikmati udara dingin gunung, dan sesekali memandangi langit Kapadokya yang bertabur bintang—suasana yang menciptakan keakraban, refleksi, dan ketenteraman batin.
Selain menjadi tempat menginap, Atilla’s memberikan inspirasi tersendiri bagi delegasi peneliti mengenai bagaimana pelestarian budaya dapat berjalan dinamis tanpa menyingkirkan nilai sejarah. Transformasi rumah kuno menjadi hotel menunjukkan bahwa kekayaan warisan tidak harus dikurung di balik kaca museum, tetapi dapat menjadi bagian dari pengalaman hidup yang berkelanjutan bagi masyarakat dan wisatawan.
Tinggal di Atilla’s bukan sekadar mencari penginapan, tetapi memasuki ruang waktu yang menghubungkan masa lalu dan masa kini. Delegasi pun sepakat bahwa ada kenangan tersendiri yang melekat—tentang keheningan batu tua, keramahan masyarakat Kapadokya, serta rasa takjub bahwa manusia modern dapat menikmati kenyamanan tanpa merusak warisan leluhur.
Sebelum meninggalkan Atilla’s, delegasi menyimpan lebih dari sekadar foto perjalanan. Mereka membawa pesan bahwa sejarah dapat terus hidup selama dirawat, dihargai, dan dibagikan. Menurut penjaga hotel, lebih dari tujuh turunan mereka merawat rumah kuno yang kini menjadi hotel yang indah dan menyenangkan.
