KEKITAAN : Festival Dakwah dan Dies Natalis Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Tahun 2024
KEKITAAN : Festival Dakwah dan Dies Natalis Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Tahun 2024

Kamis, 05 September 2024, Dalam rangka Festival Dakwah dan Dies Natalis Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang ke-34, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi mempersembahkan Workshop inspiratif dengan mengusung tema “Menguatkan Semangat Kekitaan Meneguhkan Kebermanfaatan Transformasi Dakwah dan Komunikasi di Era Digital” pada Kamis, 05 September 2024 yang diselenggarakan di Ruang Teater Lt. 2 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Acara ini di moderatori oleh Dewi Laras Lestari S.Sos dan dihadiri oleh para dosen dan mahasiswa, turut hadir pula Pimpinan Baznas RI Bidang Pengumpulan yakni Rizaludin Kurniawan S.Ag, M.Si, juga alumni Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam.

Dalam sambutannya, Ketua Dekan, Dr. Gun Gun Heryanto menyampaikan prolognya yang begitu mengesankan dan membakar semangat para mahasiswa mengenai mindset dalam mengarungi perjalanan kehidupan. Beliau mengungkapkan tujuan dan harapannya dari Talkshow ini di desain dalam satu desain yang bermakna, yakni KEKITAAN.

dekan dies natalis

Dr. Gun Gun Heryanto juga menegaskan bahwa perjalanan adalah soal kualitas proses. Ia bukanlah soal angka, waktu, hari, bulan, tahun, melainkan soal mindset. Karena, “perjalanan adalah tentang takdir yang diupayakan” ujar Dr. Gun Gun.

Modal Juang Si Anak Pulau, sesi pertama seminar yang berlangsung sangat meriah diisi oleh Shulhan Rumaru, M.A., alumni penerima beasiswa LPDP di George Washington University. Melalui presentasinya, Shulhan memaparkan bahwa terdapat tiga hal penting yang perlu diperjuangkan oleh para pejuang, diantaranya adalah Mental Juang, Kawan Juang, dan Mentor Juang.

dies natalis 34 LPDB

Pertama, mental juang, hal-hal yang perlu ditanamkan dalam diri para pejuang adalah khayalan. Sesuatu yang dikhayalkan memilikiki kemungkinan besar untuk diwujudkan. Ia menuturkan dengan sangat yakin bahwa apa yang dicita-citakan berpotensi untuk terwujud karena itu adalah Neorologi Cita, dimana jika seseorang memiliki cita-cita, maka alam raya akan merespons dan probabilitasnya akan meningkat. Selanjutnya Shulhan juga menjelaskan jikalau seseorang mengalami kegagalan saat berusaha keras dalam mewujudkan cita-cita, maka itu adalah kegagalan yang artistik. Dan terakhir, sebagai seorang pejuang, Shulhan menekankan “Dum Spiro, Spero” yang memiliki makna berupa, selagi saya hidup, saya masih bisa berharap. Kalimat tersebut menjadi dorongan penuh bagi para mahasiswa agar menebar manfaat untuk kekitaan.

Kedua adalah Kawan Juang, berjuang itu butuh kawan, tidak bisa sendiri, sebab kesuksesan bukanlah pertunjukan satu orang.

Terakhir, yang perlu dimiliki adalah Mentor Juang. Mentor juang disini sebagai pengarah disaat seseorang tengah lelah mengumpulkan puzzle-puzzle kesuksesan, maka sang mentor-lah yang akan mengarahkan. Mentor juga akan berperan sebagai pengingat juga penolong.

Tak kalah meriahnya, para mahasiswa peserta seminar dibuat takjub oleh pemateri kedua, yakni Abraham Soyem, M.T.A., ialah sosok Mata Garuda Amerika: alumni LPDP Amerika dan Kanada. Melalui presentasinya yang berjudul “LPDP GAS POL REM BLONG”, tampak semangat yang membara dalam binar binar mata mahasiswa. Pada materi yang dibawakannya, Abraham menyampaikan sesungguhnya kontribusi itu banyak jalannya, maka jadilah orang yang sukses, karena kamu akan menginspirasi orang lain dengan kisah kesuksesanmu.

Setelah pemaparan oleh para pemateri, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi yang melibatkan narasumber dan peserta dari kalangan mahasiswa di lingkungan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Diskusi ini berlangsung penuh dengan antusiasme dari mahasiswa yang memiliki keresahan sehingga timbul keinginan untuk bertukar pandangan dengan para narasumber. Hal yang menjadi salah satu booster dalam sesi diskusi ini adalah “Omongan tetangga tidak ada pengaruhnya untuk menaikkan atau menurunkan saldo di rekeningku” ujar Abraham, dilengkapi oleh Shulhan “Dalam cita, kita adalah episentrum dalam cita cita tersebut. Sebuah titik pusat. Cita-cita adalah hak prerogatif diri kita, maka jangan biarkan orang lain mendikte cita-cita kita.”, tegas Shulhan.

Di penghujung acara, masing-masing narasumber menambahkan closing statementnya. Abraham menyebutkan, “Dream big, selama itu gratis. Ketika Anda dilahirkan ke dunia, maka Tuhan telah memberikan talenta. Just try it.”, dilanjutkan oleh Shulhan, “Kamu hidup hanya satu kali, kalau kamu melakukannya dengan baik, maka itu sudah cukup”, ujar Shulhan. Dengan adanya workshop ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan motivasi yang mendalam mengenai semangat intelektualitas dan cendekiawan.