Kedekatan Jokowi dan SBY, Ada Apa?
Sidang tahunan MPR serta sidang bersama DPR dan DPD tahun 2025 menjadi momentum bersejarah. Untuk pertama kalinya, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato kenegaraan sebagai kepala negara. Namun sorotan publik tidak hanya tertuju pada isi pidato, melainkan juga pada kehadiran dua mantan Presiden Republik Indonesia: Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo.
Presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Presiden ke-7, Joko Widodo, tampak akrab duduk bersebelahan. Mereka diapit oleh Wakil Presiden ke-6, Tri Sutrisno, dan Wakil Presiden ke-11, Boediono. Momen kebersamaan ini memunculkan beragam tafsir politik, apalagi di tengah dinamika dukungan terhadap pemerintahan baru.
Namun berbeda dengan keduanya, Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri kembali absen lantaran sakit. Absennya Megawati pun semakin menyorot pertemuan Jokowi dan SBY di panggung kebangsaan tersebut.
Menurut Prof. Gun Gun Herianto, Guru Besar Ilmu Komunikasi Politik UIN Jakarta, momen ini adalah panggung komunikasi politik. Rivalitas boleh saja terjadi, namun ada saatnya para tokoh bangsa berkumpul dalam semangat kebersamaan. Tradisi seperti ini, kata Prof. Gun Gun, penting untuk diwariskan sebagai simbol kedewasaan demokrasi. Sementara pakar gesture politik, Mas Kirdi Putra, melihat interaksi Jokowi dan SBY penuh makna simbolik. Meski minim percakapan, kebersamaan keduanya menyiratkan pesan persatuan dan kesiapan mendukung pemerintahan Prabowo.
Dari Demokrat, Andi Malarangeng menegaskan bahwa SBY memang hadir sebagai tokoh bangsa yang ingin menunjukkan dukungan moral. Kehadiran Jokowi di sisi SBY, menurutnya, adalah sinyal bahwa dinamika politik dapat mencair demi kepentingan bersama.
Momen lain yang mencuri perhatian adalah ketika Presiden Jokowi memberikan gestur dua jempol kepada Presiden Prabowo. Prof. Gun Gun menilai, itu bukan hanya ekspresi spontan, melainkan simbol apresiasi dan sinyal kepada publik bahwa tidak ada ketegangan di antara mereka.
Para analis menilai, kedekatan Jokowi dan SBY di sidang tahunan MPR adalah oase di tengah hiruk pikuk politik nasional. Sebuah pesan bahwa elite politik bisa berkompetisi, namun juga bisa bertemu dalam momen kebangsaan.
Di usia ke-80 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, publik berharap semangat kebersamaan para pemimpin bangsa dapat menjadi teladan. Bahwa perbedaan politik boleh ada, tetapi persatuan dan penghormatan terhadap momen kebangsaan harus tetap dijaga.
Sumber : https://youtu.be/_uKcJztcziY?si=O0ZMnX6JEMQttbPC