Buka Bersama FDIKOM UIN Jakarta: Sebuah Catatan dalam Perspektif Dakwah
Buka Bersama FDIKOM UIN Jakarta: Sebuah Catatan dalam Perspektif Dakwah

Pada suatu siang menjelang sore yang penuh berkah di bulan Ramadan, beberapa dosen dan pegawai di salah satu fakultas ternama di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), sedang mempersiapkan acara buka bersama (bukber). Meja-meja panjang telah dipenuhi dengan berbagai hidangan lezat yang menggugah selera, dalam tradisi potluck ifthar jama'i (acara makan bersama di mana setiap peserta membawa hidangan untuk dibagikan kepada semua orang yang hadir). Hidangan yang disajikan mulai dari takjilan khas berbuka, seperti kolak, kurma, arem-arem, gorengan, dimsum, dan kue dongkal; makanan berat seperti nasi putih, nasi merah, ayam goreng, pepes ikan mas, gurame filet, telur asin, bakso, dan krupuk; hingga makanan penutup, seperti puding, es buah, es krim, asinan, rujak serut, semangka, dan durian.

Namun, lebih dari sekadar keberagaman hidangan yang menggugah selera, yang paling terasa dalam acara buka bersama ini adalah kehangatan kebersamaan yang menyelimuti seluruh peserta. Acara ini bukan hanya menjadi ajang untuk menikmati hidangan bersama, tetapi juga menjadi kesempatan bagi keluarga besar FDIKOM --- dari dekan, wakil dekan, kaprodi dan sekprodi, dosen, kalab, GJM, kabag, tendik, hingga tim outsourcing --- untuk bersilaturahmi dan berbagi rezeki. Tidak hanya dosen dan pegawai biasa, beberapa Guru Besar, mantan dekan dan wakil dekan, serta mahasiswa turut hadir, menciptakan suasana inklusif yang penuh kebersamaan.

Suara tawa dan percakapan yang hangat menggema di ruang dosen, diiringi dengan sambutan dan tausiyah dari dekan, mantan dekan, serta ustadz dan ustadzah yang sarat hikmah dan canda. Namun, tak lama setelah azan maghrib berkumandang, keheningan menyelimuti sejenak. Semua orang menundukkan kepala, berdoa sebelum berbuka puasa, seraya mengharapkan agar puasa yang telah dilaksanakan sepanjang hari diterima oleh Allah SWT.

Selain itu, acara buka bersama ini juga disertai dengan pemberian bingkisan THR untuk pegawai outsourcing dan tenaga kependidikan di lingkungan FDIKOM, yang merupakan bentuk perhatian dan kasih sayang dari para dosen. Di sinilah letak keistimewaan tradisi buka bersama: momen ini mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai kebersamaan, berbagi, dan saling mendukung dalam setiap langkah kehidupan. Buka bersama di FDIKOM menjadi lebih dari sekadar acara sosial, tetapi juga sarana untuk menghidupkan dakwah dalam kehidupan sehari-hari.

Buka Bersama sebagai Wadah Dakwah Sosial

Buka bersama, atau bukber, di Indonesia memang telah menjadi tradisi yang tak terpisahkan dari kehidupan umat Muslim, terutama pada bulan Ramadan. Momen ini sering kali menjadi ajang untuk berkumpul dengan keluarga, sahabat, atau kolega, namun di balik itu semua, acara buka bersama juga dapat menjadi sarana dakwah yang sangat efektif, terutama dalam kehidupan sosial di lingkungan kampus.

Dalam konteks acara buka bersama di FDIKOM, kegiatan ini menjadi lebih dari sekadar ajang menikmati hidangan bersama. Buka bersama ini menjadi sarana untuk memperkuat ikatan ukhuwah Islamiyah, yaitu hubungan persaudaraan yang lebih mendalam antar sesama. Di sinilah dakwah mulai diterapkan, bukan hanya melalui ceramah formal, tetapi lebih dalam bentuk kebersamaan dan saling berbagi. Kehadiran berbagai elemen dalam acara ini --- mulai dari dosen, tenaga kependidikan, hingga mahasiswa --- menunjukkan bahwa dakwah bukan hanya milik sekelompok orang tertentu, melainkan dapat merangkul semua kalangan dengan cara yang penuh kebersamaan.

Kebersamaan dalam Keragaman: Dakwah yang Inklusif

Salah satu keistimewaan tradisi buka bersama adalah kemampuannya untuk merangkul keberagaman yang ada dalam komunitas internal, meskipun di FDIKOM, acara buka bersama ini diikuti seluruhnya oleh umat Muslim. Tradisi ini tetap memiliki nilai penting dalam membangun kebersamaan yang inklusif, karena di dalamnya terkandung pesan bahwa dakwah yang baik adalah dakwah yang tidak memaksakan, melainkan menawarkan ruang bagi setiap individu untuk saling mengenal, berbagi, dan memahami.

Buka bersama di FDIKOM, meskipun diikuti oleh sesama umat Muslim, dapat menjadi contoh konkret bagaimana dakwah yang inklusif bisa terwujud. Acara ini bukan hanya sekadar pertemuan sosial, tetapi juga sebagai bentuk dakwah yang mengajarkan tentang nilai-nilai kasih sayang, berbagi, dan saling menghormati antar sesama. Kehadiran berbagai elemen dalam fakultas, mulai dari dekan, dosen, hingga tenaga kependidikan dan mahasiswa, menciptakan suasana yang saling mendukung dan mempererat ukhuwah Islamiyah. Di sinilah prinsip-prinsip dakwah Islam yang moderat dan inklusif dapat diterapkan, yakni membangun kebersamaan yang tidak hanya mengutamakan hubungan antar sesama Muslim, tetapi juga memberikan contoh yang baik bagi orang lain, meski mereka bukan bagian dari komunitas yang sama.

Lebih dari itu, meskipun peserta buka bersama di FDIKOM semuanya Muslim, acara ini tetap berperan sebagai ruang untuk menciptakan kerukunan di antara umat Islam yang memiliki latar belakang sosial dan budaya yang beragam. Dalam konteks ini, dakwah bukan hanya soal menyampaikan pesan agama, tetapi juga tentang membangun kehidupan bersama yang harmonis dan saling menghargai dalam perbedaan.

Dengan demikian, acara buka bersama ini tidak hanya berfungsi sebagai pertemuan sosial, tetapi juga sebagai media dakwah yang mengajarkan nilai kebersamaan, persaudaraan, dan keadilan sosial yang bersumber dari ajaran Islam. Ini adalah bentuk nyata dari dakwah yang mengedepankan harmoni, berbagi, dan rasa saling peduli, yang menjadi landasan kuat bagi terciptanya masyarakat yang lebih inklusif dan toleran.

Dakwah dalam Kehidupan Sehari-hari: Menyampaikan Pesan Melalui Perbuatan

Dakwah tidak selalu harus dilakukan melalui khutbah atau ceramah panjang. Banyak cara dakwah yang dapat dilakukan melalui perbuatan sehari-hari, seperti yang terjadi dalam acara buka bersama di FDIKOM. Dakwah melalui tindakan, seperti berbagi rezeki, mempererat silaturahmi, dan menunjukkan sikap saling menghormati, justru lebih terasa dan lebih mendalam.

Buka Bersama sebagai Media Dakwah Kontemporer

Selain itu, buka bersama juga dapat dipandang sebagai bentuk dakwah kontemporer, yang menggabungkan nilai-nilai agama dengan kehidupan sosial modern. Dalam dunia yang serba sibuk dan sering kali terpecah oleh perbedaan, acara buka bersama menjadi momen yang sangat tepat untuk mengembalikan perhatian kita kepada nilai-nilai kebersamaan, berbagi, dan rasa syukur. Dalam acara ini, Islam diajarkan bukan hanya dalam bentuk ajaran teoritis, tetapi dalam praktik sehari-hari yang mudah diterima dan dipahami oleh semua orang.

Catatan Penutup

Secara keseluruhan, buka bersama di Indonesia, khususnya dalam lingkungan kampus seperti FDIKOM, menjadi lebih dari sekadar acara sosial. Ia adalah ruang untuk dakwah yang penuh makna, yang tidak hanya mengajarkan tentang berbuka puasa, tetapi juga memperkuat ukhuwah Islamiyah, berbagi dengan sesama, dan memupuk rasa kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari. Dakwah tidak selalu harus datang dalam bentuk ceramah formal atau khutbah, tetapi bisa hadir dalam setiap tindakan kecil yang memperlihatkan nilai-nilai luhur Islam, seperti yang terjadi dalam acara buka bersama ini. Dengan demikian, buka bersama menjadi sebuah tradisi yang tidak hanya mempererat hubungan sosial, tetapi juga menghidupkan dakwah dalam konteks yang relevan dengan kehidupan kontemporer.

https://www.kompasiana.com/studyrizallk6810/67d3ec72c925c45ef322b864/buka-bersama-fdikom-uin-jakarta-sebuah-catatan-dalam-perspektif-dakwah?page=2&page_images=1

Kreator: Study Rizal L. Kontu

 

 

 

 

Tag :