Bersama Program MOSMA Kemenag, Tingkatkan Kualitas Mahasiswa Melalui Student Mobility
Jakarta, 12/12/23 - Kementrian Agama RI (Kemenag) dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) telah berkolaborasi dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka bagi Mahasiswa lewat program MoRA Overseas Student Mobility Award (MOSMA). Program ini memberikan kesempatan bagi para mahasiswa dari perguruan tinggi di bawah naungan Kementerian Agama, untuk merasakan belajar di perguruan tinggi luar negeri selama 1 semester dengan durasi maksimal 6 bulan dan nilai dari perguruan tinggi yang dituju dapat dikonversikan ke nilai perguruan tinggi asal. Pogram ini diharapkan agar mahasiswa dapat memiliki pengalaman baru, meningkatkan wawasan, beradaptasi dengan kultur baru, dan merasa bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam tingkat internasional.
Tata cara mendaftar dan persyaratan beasiswa, dapat diakses pada website Kemenag/ LPDP dan mengunduh booklet yang menjelaskan skema pendaftaran serta persyaratan yang diminta. Pada batch pertama ini, Kemenag membuka kesempatan untuk mahasiswa S1, S2, dan S3 untuk mengikuti program MOSMA ke beberapa negara yang sudah ditetapkan seperti Malaysia, Inggris, Amerika, dan Tunisia. Pendaftaran beasiswa MOSMA pada batch pertama ini dibuka pada bulan Juni 2023 dan sebanyak 124 mahasiswa yang dinyatakan lulus ke empat negara tersebut. Sebelum berangkat, para awardee melakukan meeting bersama pihak penanggung jawab program MOSMA, untuk dibekali tentang hal-hal yang diperlukan serta nasihat tentang bagaimana berperilaku di negara lain.
Ken Ayu, mahasiswa program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam adalah salah satu awardee dari program MOSMA 2023 yang lolos ke negara Malaysia, tepatnya di Universiti Teknologi Mara (UiTM). Sebanyak 17 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dibawah naungan kemenag yang diberangkatkan ke Malaysia pada 30 Oktober 2023. Ken mewakili Universitas Islam Negeri Jakarta dari Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Di UiTM, Ken mengambil Faculty of Communication and Media Studies, yang selaras dengan jurusannya. Menurut Ken, program ini diketahuinya dari Ketua Prodi KPI, Yopi Kusmiati. Berkat dukungan dan bimbingan beliau, serta Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Gun Gun Heryanto serta para wakil dekan, yang membuatnya berhasil lolos program MOSMA.
Persiapan yang menurutnya sangat penting untuk beasiswa ini adalah tes kebahasaan baik itu TOEFL ITP, IELTS, ataupun TOAFL. Hal ini sangat penting, karena score yang kita hasilkan pada tes tersebut akan menentukan ke negara manakah kita akan ditempatkan. Jika mahasiswa memiliki keinginan untuk belajar di negara-negara benua Amerika dan Eropa, maka harus menghasilkan score TOEFL minimal 500 dan IELTS minimal 5,5. Begitupun dengan mahasiswa yang ingin belajar ke timur tengah, maka score TOAFL harus mencapai angka minimal yaitu 550. Dan bagi mahasiswa yang ingin belajar di negara-negara Asia Tenggara, maka score TOEFL yang dibutuhkan minimal adalah 475.
Selain dari penguasaan bahasa arab dan inggris yang harus dikuasai, para mahasiswa yang mendaftar juga harus memiliki nilai IPK yang memumpuni dan memenuhi angka minimal yaitu 3,5. Maka bagi para mahasiswa yang berniat untuk mengikuti program MOSMA selanjutnya, sebaiknya mempersiapkan segala yang dibutuhkan mulai dari sekarang. Perbaiki nilai IPK dan berlatih untuk mengahadapi tes kebahasaan.
Ken sangat bersyukur menndapatkan kesempatan untuk ikut belajar dengan mahasiswa UiTM di Fakultas Komunikasi dan Pengajian Media. Tidak banyak perbedaan yang dirasakannya ketika belajar, namun memang perlu beradaptasi dengan bahasa dan budaya baru walaupun memang bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa inggris. Selain belajar, Ken dan teman-teman lain yang lolos ke UiTM mendapat pelatihan tentang Reasearch Writing yang akan membantunya dalam membuat penelitian. Semua jadwal dan materi telah disusun oleh pihak ARI (Accounting Research Institute) UiTM, dan dari program ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam pembuatan penelitian yang baik, benar dan berkualitas. Output dari program Academic Research Writing ini adalah mahasiswa harus menghasilkan sebuah penelitian yang akan dipresntasikan di bulan Desember. Pada kegiatan ini, setiap mahasiswa akan dibimbing oleh para dosen dari UiTM.
Selain kegiatan pelatihan penulisan penelitian, para mahasiswa juga diajak dalam kegiatan piknik bersama beberapa para dosen UiTM. Seperti jogging di taman bersama dan diakhiri dengan sesi makan dan berfoto. Kegiatan yang sangat menghibur para mahasiswa setelah satu minggu berkuliah dan mengerjakan tugas, para dosen juga berpesan kepada para mahasiswa untuk sesekali merencanakan liburan bersama dan mencoba explore beberapa tempat di Malaysia. Bagaimanapun, kegiatan kuliah dan belajar juga harus diimbangi dengan liburan yang dapat mengurangi beban pikiran dan mendapat pengalaman baru. Dan bagi Ken, belajar tidak harus melalui buku atau tulisan, karena ilmu pengetahuan itu adalah hal yang luas tak terbatas dan bisa kita dapatkan melalui kegiatan apapun dan dimanapun.
*Oleh: Ken Ayu Dharma Ananda