Berkunjung ke Ankara University, kembali ke Almamater
Ankara, Turki — Dalam rangkaian kunjungan akademik dan penjajakan riset internasional di Turki, para peneliti dan akademisi Indonesia menyempatkan diri berkunjung ke salah satu kampus tertua dan paling bergengsi di negeri itu, Ankara University. Kunjungan berlangsung pada sore hari, dalam suasana kampus yang mulai sepi dan tanpa penyambutan resmi pimpinan universitas — namun justru di situlah letak kehangatan emosional perjalanan ini.
Salah seorang delegasi, Dr. Deden Mauli Darajat, M.Sc., merupakan alumnus S2 Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Ankara University, yang pernah menimba ilmu di institusi tersebut sebelum kembali mengabdi di Indonesia sebagai akademisi. Bagi dirinya, kunjungan ini adalah momen pulang kampus — bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi perjalanan batin yang membawa kembali kenangan masa studi.
Delegasi tiba ketika matahari mulai condong ke barat. Lorong-lorong kampus tampak lengang; sebagian besar kegiatan akademik telah berakhir, dan kantor pimpinan universitas telah tutup. Tidak ada acara penyambutan, tidak ada seremoni resmi — hanya keheningan kampus dan langkah kaki para pengunjung.
Namun senyap itu justru menjadi ruang refleksi. Sang alumnus memandu rombongan menyusuri koridor, halaman fakultas, dan gedung tempat ia dahulu mengikuti kuliah dan berdiskusi dengan para profesor.
“Di tempat inilah dulu saya belajar membangun cara berpikir. Rasanya seperti menelusuri kembali jejak yang membawa saya ke titik karier akademik saat ini,” ucapnya dengan penuh haru.
Delegasi lainnya mengikuti dengan penuh penghargaan, menyadari bahwa perjalanan akademik seseorang tidak hanya dibangun oleh prestasi, tetapi juga oleh memori dan pengalaman hidup.
Didirikan pada 1946, Ankara University dikenal sebagai kampus yang melahirkan banyak cendekiawan, intelektual, dan pemikir Turki modern. Fakultas Ilmu Komunikasinya secara khusus memiliki reputasi kuat dalam studi media, komunikasi strategis, dan hubungan internasional.
Dalam tur singkat tersebut, delegasi sempat, melihat gedung fakultas dan ruang kuliah tempat sang alumnus menimba ilmu dan berfoto di halaman kampus sebagai dokumentasi sejarah akademik Indonesia–Turki.
Walaupun tanpa pertemuan resmi, kunjungan ini membuka titik awal kemungkinan kolaborasi akademik di masa mendatang. Sang alumnus menyampaikan keinginan untuk memperkuat kerja sama antara fakultas tempat ia bekerja saat ini dengan Ankara University, khususnya dalam bidang komunikasi dan riset media.
Ada momen hening yang menyentuh hati saat sang alumnus berdiri sejenak di depan pintu fakultas. Tidak ada spanduk penyambutan, tidak ada kerumunan civitas akademika — hanya bangunan tua, pepohonan musim gugur, dan ingatan.
Kunjungan sore itu bukan sekadar nostalgia. Bagi seluruh rombongan, ia menjadi pengingat bahwa perjalanan akademik seseorang menciptakan mata rantai keilmuan yang menghubungkan banyak bangsa, perguruan tinggi, dan generasi.
Menutup Hari dengan Optimisme Kolaborasi
Saat cahaya senja mulai meredup, rombongan meninggalkan kampus. Tidak ada acara perpisahan, tetapi ada satu hal yang terasa kuat: Ankara University kini bukan hanya almamater seorang delegasi, tetapi juga pintu masa depan kolaborasi akademik Indonesia–Turki.
“Hari ini kita datang sebagai tamu, tetapi suatu saat kita berharap kembali sebagai mitra,” ujar salah satu anggota rombongan penuh optimisme. Dan di situlah makna kunjungan itu berakhir — sederhana, senyap, tetapi penuh harapan.
Para peneliti terdiri dari para akademisi, yaitu, Prof. Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si. – Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, Dr. Muhtadi, M.Si. – Wakil Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, Dr. Deden Mauli Darajat, M.Sc. – Kepala Pusat Informasi dan Humas UIN Jakarta, Dr. Asep Shodiqin, MA – Wakil Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu UIN Bandung, dan Dr. Tata Septayuda Purnama, M.Si. – Dosen Universitas Al-Azhar Indonesia.
