Pelaksanaan Kegiatan PRA di Wilayah RT. 04 RW. 05, Kp. Rawa Kalong Poncol, Aren Jaya, Bekasi Timur
Pelaksanaan Kegiatan PRA di Wilayah RT. 04 RW. 05, Kp. Rawa Kalong Poncol, Aren Jaya, Bekasi Timur
Dokumentasi setelah berakhirnya diskusi

Pada hari minggu, tanggal 06 Desember 2020 telah berakhirnya kegiatan diskusi dalam penerapan teknik PRA ( Participatory Rural Appraisal ) di wilayah RT 04/05 kampung Rawa Kalong Poncol Kelurahan. Aren Jaya Kec. Bekasi Timur.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam. Dalam diskusi tersebut dipergunakan sebagai media diskusi masyarakat tentang keadaan diri mereka sendiri dan lingkungannya. Pada kasus ini, kami mengidentifikasi wilayah RT 04/05, Kampung Rawa kalong poncol terkait dengan asal-usul atau sejarah dari wilayah tersebut dan juga tentang perkebunan dan peternakan.

Dalam diskusi ini dihadiri oleh beberapa perwakilan warga RT 04/05, yaitu Abdul Somad (70th) selaku ketua RT pada periode tahun sebelumnya, Sarif Hidayat ( 36th ) selaku ketua RT 04/05 pada periode sekarang, Ustad Fuad ( 45th ) , salah satu tokoh agama dan DKM mushola Nurul Iman, Rinon ( 57th ) salah satu warga yang berperan aktif di lingkungan RT 04/05, yayah ( 39th ) selaku Ibu RW 05 periode tahun sebelumnya, Sopiyah ( 64th ) salah satu warga RT 04/05 yang aktif di perkebunan serta berdagang berbagai macam sayuran dan Ustadzah Hj. Lulu MA ( 57th ) selaku tokoh agama perempuan yang mengajar ngaji anak-anak dan ibu-ibu. Beliau juga pemilik salah satu majlis taklim di wilayah ini.

Dalam diskusi ini kami menggunakan metode teknik penelusuran alur sejarah lokasi/desa. Peristiwa-peristiwa dalam sejarah desa tersebut disusun secara berurutan menurut kejadiannya (secara kronologis), dimulai dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada waktu lampau yang masih dapat diingat, sampai dengan peristiwa-peristiwa saat ini.

Najla, sebagai moderator dalam diskusi penerapan “teknik PRA” mengatakan “Mari kita memulai diskusi ini dengan membaca basmalah” Bismillahirrahmaanirrahim.....Assalamu’alaikum Wr Wb, sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri nama saya Najla, yang disamping saya bernama Prihatini dan Alviana Mulia Ningrum. Kami dari Prodi/jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tujuan kami mengundangan ibu-ibu dan bapak-bapak disini karena kami ingin berdiskusi dengan bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian terkait dengan asal-usul atau sejarah RT 04/05, Kampung Rawa kalong poncol.” Ujarnya

Dalam proses diskusi yang pertama mulai menceritakan awal sejarah diskusi yaitu Abdul Somad, mengatakan bahwa “Kampung Rawa Kalong RT 04/05 Kelurahan Aren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi pada awalnya bernama Kedung Jati, Jatimulya, Kecamatan Tambun, Kabupaten Bekasi. Kemudian berubah menjadi Setia Mekar, Kelurahan Duren Jaya, dan berubah kembali menjadi Kelurahan Aren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi.

Rawa Kalong adalah gambaran wilayah ini pada zaman dahulu wilayah ini banyak ditumbuhi pohon mangga yang disinggahi oleh binatang kalong. Jumlahnya sangat banyak dan sangat sering ditemukan. Kemudian daerah ini  juga memiliki rawa. Jadi atas kondisi tersebutlah wilayah ini disebut Kampung Rawa Kalong.

Pada mulanya daerah ini hanya dihuni oleh lima rumah saja atas nama Cangkoy, Nian Bin Tusin, Omas, Nyonyong, dan Lindung. Dimana di daerah sebelah kiri adalah persawahan, dan sebelah kanan adalah danau.

Sejarah mencatat bahwa tanah-tanah yang ada di daerah ini adalah tanah milik masyarakat pribumi juga tanah milik masyarakat luar daerah. Sampai pada akhirnya tanah-tanah ini banyak dijual kepada Perusahaan untuk dijadikan perumahan. Masyarakat menerima secara sukarela, karena masyarakat berpikir bahwa memang sudah waktunya tanah ini dijual dan masyarakat memiliki kehidupan yang baru dan sejahtera.

Proses pembangunan perumahan selama 10 tahun, dari awal pengurukan tanah sawah dan rawa yang ada di wilayah ini. Sebagian masyarakat ikut terlibat dalam proses pembangunan perumahan ini, menjadi kuli bangunan. Dimana mata pencaharian pada saat itu adalah pekebun atau petani palawija dan padi.

Pada tahun 1976, terjadi pembebasan perumahan nasional 3, dari sinilah awal baru kehidupan masyarakat yang lebih modern. Masyarakat mengalami perbaikan dari berbagai bidang kehidupan, baik sosial, ekonomi, teknologi, maupun pendidikan.” Ujarnya

Dan Ustadz Fuadi mengatakan “Wilayah ini dahulu tidak ada transportasi dan kemana-mana masih menggunakan sepeda, sekarang Semakin berkembangnya zaman, ada kendaraan seperti motor sehingga berpergian tidak lagi berjalan kaki ataupun bersepeda.

Terkait perkebunan, salah satu peserta yang aktif dalam berkebun sopiah mengatakan “cara saya berkebun yaitu dengan menyiram tanaman sehari sekali karena sekarang sudah pakai mesin, dan pakai berbagai macam pupuk salah satunya pupuk kandang, saya panen selama 25 hari dan hasil panen tersebut sampai 10 kilo, dijual pakai tengkulek dan di bawa ke pasar.” Ujarnya

Dan semakin di penghujung kegiatan diskusi, Najla selaku moderator mengatakan “ Alhamdulillah akhirnya diskusi kita telah selesai, dan banyak sekali data yang kami peroleh, semoga bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah meluangkan waktunya untuk berdiskusi sehat selalu, panjang umurnya, dan dilancarkan selalu segala aktifitasnya, mohon maaf apabila ada perkataan dari kami yang salah, Billahitaufiq walhidayah,wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.”Ujarnya

Peta wilayah RT 04/05 Kp.Rawa Kalong Poncol serta kebun dan juga peternakan
Saat diskusi berlangsung
Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam ( Najla, Prihatini, dan Alviana Mulia Ningrum ) , Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam ( Najla, Prihatini, dan Alviana Mulia Ningrum ) , Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setelah berdiskusi kami langsung melakukan pemantauan secara langsung kondisi dan keadaan lingkungan masyarakat. Setelah itu kami juga membuat Teknik Pembuatan Gambar wilayah RT 04/05 Kp. Rawa Kalog Poncol, Kebun, dan Ternak. (Najla, Prihatini, dan Alviana Mulia Ningrum)