Menilik Pemberdayaan Masyarakat melalui Tokoh Emir Abdelkader
“Warisan Emir Abdelkader dapat memengaruhi pendidikan, politik, globalisasi, dan hak asasi manusia. Dia akan tetap menjadi mercusuar harapan universal bagi umat manusia untuk generasi yang akan datang." –Kathy Garms
Center of Study for Empowerment and Peace (CSEP) bersama Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta telah menyelenggarakan seminar internasional.
Seminar tersebut mengangkat tema “International Interactive Dialogue on Community Empowerment in IOWA, USA” atau Dialog Interaktif Internasional tentang Pemberdayaan Masyarakat di IOWA, USA yang diselenggarakan di Ruang Meeting Lantai Dua Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan via zoom meeting pada Kamis, 2 Februari 2023.
Seminar internasional berkolaborasi dengan Civilization Exchange and Cooperation Foundation (CECF) dan Center of Study for Empowerment and Peace (CSEP) yang dinarasumberi oleh President of CECF and Founder of Al Basheer Seminary, Prof. Imam Mohamad Bashar Arafat dan Co-Founder of Abdelkader Educational Project in The State of IOWA and CECF Partner, Kathy Garms.
Co-Founder of Abdelkader Educational Project in The State of IOWA and CECF Partner, Kathy Garms mengungkapkan Emir Abdelkader memiliki pelajaran penting untuk dunia yang bermasalah saat ini. Lanjut, kata Kathy, pelajaran tersebut berdampak besar dengan peluang untuk belajar lebih awal, perjalanan penemuan, serta menghubungkan benua dan budaya selama berabad-abad. “Saya pikir itu sangat bagus ketika berbicara tentang kompleksitas kita,” ungkap Kathy, Kamis (02/02/2023).
Menurut Kathy, Emir Abdelkader menjadi satu dari sedikit orang hebat pada abad ini. Selain itu, The New York Times menulis pada 1873 terkait kemuliaan karakternya sehingga Abdelkader dikagumi oleh dunia. Abdelkader merupakan pria yang menjunjung tinggi kesopanan, kasih sayang, keadilan, empati, dan pembela hak asasi manusia. Dia memimpin perang melawan penjajahan Prancis pada 1830 hingga 1847 sehingga dikenal karena perlakuannya yang manusiawi terhadap para tahanan.
Abdelkader merupakan seorang pelopor Konvensi Jenewa. Ia berjuang dengan adil sebagai seorang kemanusiaan dan memperlakukan tawanannya sama seperti tentaranya sendiri. Dalam perang, ia menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Tak hanya itu, semangatnya diperkuat oleh kepemimpinan etis dan moralnya. Kemudian, di Bordeaux France in Exile, Abdelkader menyelamatkan ribuan orang Kristen. Bagi Kathy, “Tidak ada pengetahuan yang lebih penting daripada memahami unsur-unsur kehidupan masyarakat. Kehidupan dan perilaku membimbing kita dengan cara yang adil dan benar,” ujarnya.
“Jadi mengapa mempelajari lebih lanjut Abdelkader? Sejarah yang kuat dan pemikiran kritis sangat penting bagi dunia kita. Landasan bersama untuk memupuk pengertian dan rasa hormat di antara semua budaya dan kepercayaan. Contohnya, menantang stereotip sehingga dapat mengarah pada dunia yang lebih harmonis,” ungkap Kathy.
Selain itu, President of CECF and Founder of Al Basheer Seminary, Imam Mohamad Bashar Arafat meminta kita untuk memperhatikan satu hal, yakni tentang masa lalu. “Saya menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Masa lalu yang untuk menjadikan masa kini menjadi lebih baik,” ungkap Imam, Kamis (02/02/2023).
Imam juga membagikan pengalamannya yang ia kunjungi di berbagai negara. Misalnya bagaimana mengatasi masalah Islamofobia di Prancis saat ini. Tak hanya itu, Imam Bashar juga memiliki program di Asia Tengah dan menghubungkan konferensi tersebut dengan berbagai universitas, seperti di Kazakhstan, Uzbekistan, dan negara lain di Asia Tengah. “Ini Universitas yang luar biasa. Apa yang dilakukan orang-orang untuk terhubung dengan seluruh dunia? Kita perlu bekerja sama. Jadi itulah mengapa saya di sini untuk terhubung dengan seluruh dunia dengan Anda. Bagaimana Allah akan menunjukkan jalan kepada kita,” ucap Imam.