Kuliah Umum Prof. Dr. Azizah Y. al-Hibri
Lahir dari keluarga muslim yang sangat religius di Lebanon. Pada usia 3 tahun ibunya meninggal, dan kemudian diasuh oleh ayah serta kakaknya. Dari mereka Azizah mengenal arti kasih sayang seorang Ibu sekaligus sebagai saudara serta kawan. Pernah memohon kepada ayahnya untuk kuliah jurnalisme di luar negeri, tetapi ditolak karena perpustakaan pribadi ayahnya dipandang sangat cukup untuk menjadikannya sebagai jurnalis hebat. Ia diizinkan merantau ke Amerika setelah kakaknya bernama Ibrahim menjamin untuk menemaninya. Azizah lulus mendapatkan gelar bachelor, master dan doctor bidang hukum dan filsafat. Selain itu ia juga menguasai bahasa arab dan literatur klasik Islam dengan sangat baik.
Kini Azizah masuk dalam 500 Muslim berpengaruh dunia (https://themuslim500.com/). Dalam hal kontribusi pemikiran, diantaranya ia sangat kritis tentang relasi gender dan Islam. Dalam pandangannya konsep keadilan jender kurang tepat jika digunakan untuk menjelaskan konteks masyarakat muslim. Konsep keadilan jender tidak memiliki fondasi tauhid, baginya yang tepat adalah keadilan sebagai manusia (equality of human being). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan pandangan dan pemikiran kritisnya dengan tema diskusi Protecting Women Rights in Islamic Perspective. Kegiatan ini terbuka untuk umum pada Jumat, 28 Oktober 2022. Acara dilaksanakan secara virtual melalui media zoom, mulai jam 09.00-10.30 WIB. Diskusi dipandu oleh Syamsul Rijal, Ph.D (Dosen UIN Jakarta) sebagai moderator. Kegiatan diskusi virtual ini merupakan kolaborasi antara US Embassy Jakarta dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta American Corner di beberapa kampus di Indonesia.
Dalam paparannya Prof. Al Hibri menegaskan pentingnya kita keluar (bersikap kritis, red) dari ragam tafsir atas ayat-ayat tentang perempuan yang cenderung patriarki. Penting diletakkan mana ajaran agama (Qur’an dan Hadist), tafsir atas ajaran agama, dan budaya yang melingkupi tumbuh-kembangnya suatu agama. Pemahaman tentang al rijalu qowwamun ‘ala al-annisa dan atau perempuan adalah bagian dari tulang rusuk adam yang banyak dipahami saat ini adalah contoh dari pemahaman keagamaan yang cenderung patriarki. Akibatnya, tafsir yang berkembang menempatkan perempuan subordinat dari laki-laki dan hal tersebut dipahami sebagai ajaran agama. Padahal jika kita kembali pada al-Qur’an dan al-Hadist atau sumber tafsir awal seperti Ibn Abbas dan atau al-Thabari, tidak diperoleh pemahaman yang menempatkan perempuan di bawah atau lebih rendah kedudukannya dibanding laki-laki. Karena itu Prof al-Hibri menyarankan sekurangnya dua hal, yaitu menguasai Bahasa Arab dengan baik dan benar, serta merujuk pada sumber-sumber awal untuk memahami kedua sumber utama (al Qur’an dan al-Hadist) sebagai ajaran agama. Termasuk kehati-hatian dalam menggunakan terjemahan al-Qur’an yang menurutnya adalah juga bentuk tafsir yang tidak sepenuhnya mencerminkan subtansi pemahaman sebenarnya dari ayat-ayat al-Qur’an itu sendiri.
Partisipan yang hadir dalam kegiatan ini sangat antusias menanggapi, bertanya dan berkomentar atas presentasi dari Prof Hibri. Sekuranganya terdapat 20-an lebih pertanyaan yang tentunya tidak dapat ditanggapi semuanya oleh narasumber. Partisipan yang hadir secara virtual melalui zoom sejumlah 250 lebih peserta, termasuk yang secara berkelompok menyimak bersama (nonton bareng). Pihak penyelenggara US Embassy Jakarta dan UIN Jakarta juga aktif menyimak dari awal hingga akhir. Di akhir acara, pihak Cultural Attache US Embassy Jakarta Emily Norris memberikan apresiasi atas presentasi dan kesediaan narasumber memberikan public lecture kepada sivitas akademika UIN Jakarta serta kolega american corner di seluruh Indonesia. Menurutnya, ini adalah juga bagian dari mengenalkan budaya Amerika kepada dunia. Mewakili UIN Jakarta, Kholis Ridho Ketua Program Studi Jurnalistik menyatakan senang mendapatkan kunjungan virtual berupa public lecture dari Prof al-Hibri. Menurutnya, pemahaman Islam yang moderat menjadi concern pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Agama yang sedang berupaya menguatkan program moderasi beragama sebagai bagian dari pilar penguatan karakter bangsa Indonesia.
Sumber: Prof. Dr. Azizah Y. al-Hibri