Kisah Pejuang Muda PMI UIN Jakarta di Kabupaten Serang
Perkenalkan Saya Sri Anggraeni, Saya merupakan Mahasiswi semester akhir dari jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Disini, saya akan bercerita tentang pengalaman saya mengikuti program Pejuang Muda Kementerian Sosial RI. Setelah melalui proses seleksi administrasi dan LGD, Saya terpilih menjadi Pejuang Muda dari 11.000 pendaftar.
Saat itu, Saya di tempatkan di Kabupaten Serang tergabung kedalam satu team yang terdiri dari 17 Mahasiswa dengan latarbelakang Universitas yang berbeda dan Saya dipercaya oleh teman-teman untuk menjadi koordinator Pejuang Muda Kabupaten Serang. Hal pertama yang saya dan teman-teman pejuang muda lakukan adalah Kunjungan ke dinas sosial kabupaten serang dan sekret PKH sekaligus memaparkan beberapa hal terkait program pejuang muda termasuk tupoksi masing-masing peserta, dinas sosal, dan koordinator PKH Kabupaten Serang. Dalam hal ini, fokus saya sebagai pejuang muda terbagi menjadi dua yaitu verifikasi dan validasi DTKS, dan team based project.
Pertama, verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) kepada penerima bantuan pangan non tunai (BPNT) dan penerima bantuan program keluarga harapan (PKH). Verval DTKS yang telah dilakukan menyasar ke 5 Kecamatan diantaranya Kecamatan Anyar, Kecamatan Cinangka, Kecamatan Baros, Kecamatan Bandung, dan Kecamatan Cikeusal. Dalam prosesnya, saya berkunjung secara door to door ke rumah penerima bantuan yang tercatat pada DTKS. Pada kegiatan ini, ada beebrapa hal yang menarik dan miris yang saya temukan. Hal menarik yang saya temukan adalah saya bertemu dengan masyarakat yang memiliki budaya,Bahasa di kecamatan yang berbeda. Keramahan masyarakat, kekurangan dari segi finansial, dan kekurangan yang lain membuat saya menjadi lebih bersyukur dan memaknai arti hidup. Hal miris yang saya temukan dilapangan adalah, ada beberapa penerima bantuan yang dilihat sudah mampu, seperti rumah yang mewah, memiliki mobil, dan bahkan memiliki toko. Disatu sisi, ada keluarga miskin yang tercatat sebagai penerima bantuan namun belum pernah menerima bantuan tersebut sama sekali. Sungguh ironis, dan dari sini saya paham begitu pentingnya pejuang muda melakukan verifikasi dan validasi dengan harapan pemerintah dapat memperbaiki kekeliruan yang terjadi.
Kedua, team based project atau membuat project sosial. Sebelum membuat project sosial saya melakukan pemetaan wilayah lebih dulu untuk menganalisis potensi dan permasalahan yang ada. Pemetaan wilayah ini dilaksanakan di Sembilan kecamatan diantaranya : Ciomas, Pabuaran, Baros, Petir, Cikeusal, Pamarayan, Ciruas, Kragilan, dan Bandung. Berdasarkan pemetaan masalah dan potensi, maka saya dan teman-teman merumuskan untuk fokus project sosial kami berpusat di kecamatan baros tepatnya di Desa Sindangmandi karena dinilai urgent untuk diselesaikan. Project sosial kami yaitu “Pelatihan dan Pemanfaatan limbah organic melalui budidaya maggot”.
Sebelum memulai project, saya membangun stakeholders lebih dulu agar mendapat dukungan dalam menjalankan project. Dari sini, kami mendapatkan dukungan pihak desa dan kecamatan. Selanjutnya, kami melakukan sosialisasi kepada warga RS-Rutilahu, sosialisasi kepada seluruh RT/RW di Desa Sindangmandi terkait pemanfaatan limbah organic melalui Budidaya maggot. Setelahnya kami melaksanakan demo terkait budidaya maggot yang di praktekan langsung oleh pengusaha maggot asal Tangerang yaitu Bapak Aom. Adapun sustainability dari program ini yaitu project ini akan di adopsi dan dikolaborasikan dengan program desa yang berfokus pada permasalahan sampah. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan masyarakat memiliki pemahaman dalam budidaya maggot sehingga volume sampah yang ada di desa sindangmandi bisa semakin berkurang.
Adapun kesan saya selama mengikuti program pejuang muda, saya sangat senang, karena dapat bertemu dan bersinergi dengan banyak orang. Khususnya pada saat mendapat kunjungan kerja dari Ketua Komisi VIII DPR-RI, Staff Khusus Menteri Sosial, Kapusdatin Kementerian Sosial RI, Kepala Dinas Sosial Kota dan Kabupaten Serang. Pada saat itu, sebelum kunjungan saya mendapat kesempatan bergabung dengan Kementrian Sosial untuk melakukan survei penerima calon RS-Rutilahu (Rumah Tidak Layak Huni). Di kunjungan kerja, saya sangat senang bisa langsung berdiskusi terkait kekeliruan yang ditemukan dilapangan dengan Bapak Agus Zainal Arifin Selaku Kapusdatin Kementrian Sosial RI.
Semoga program pejuang muda tetap ada, agar para pemuda peka terhadap permasalahan sosial yang ada.