Kajian Rutin Penerima Beasiswa Program 1000 Dai BAMUIS BNI UIN Jakarta: How to Master Your Habit
Dalam mengembangkan kegiatannya Bamuis BNI memberikan banyak kontribusi keumatan salah satunya, program beasiswa 1000 Da’I, termasuk ke berbagai Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta di Jabodetabek.
Kali ini Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penerima beasiswa program 1000 Da’I mengadakan sebuah kegiatan Kajian Berkah dengan tema “How to Master Your Habits” dengan pemantik Qurrotu Ayyuni (Awardee BAMUIS UIN Jakarta) dan moderator M. Irham Bayhaqi (Awardee BAMUIS UIN Jakarta).
Qurrotu Ayyuni sebagai Awardee BAMUIS UIN Jakarta menyampaikan tentang Habits adalah segala sesuatu yang kita lakukan secara otomatis, bahkan kita melakukanya tanpa berfikir. Habits adalah suatu aktivitas yang dilakukan terus-menerus sehingga menjadi bagian daripada seorang manusia. Dia adalah kebiasaan kita. Diri kita memiliki program-program yang mengatur semua respons kita, dan semua itu adalah habits. Kita dapat menjadi apapun atau menguasi keahlian apapun yang kita inginkan bila kita benar-benar menginginkanya, dengan cara membiasakan dan membentuk habits pada diri kita. Menjadikan yang luar biasa menjadi kebiasaan.
Ayyun Mengatakan Dalam satu penelitian disampaikan bahwa dari 11.000 sinyal yang diterima otak manusia, hanya 40 yang diproses secara sadar, sedangkan sisanya diproses secara otomatis. Hasil penelitian lain juga menyampaikan setidaknya 95% daripada respons manusia terhadap satu kondisi tertentu terjadi secara otomatis. Artinya, respons kita terhadap satu kondisi tertentu baik respons itu berupa pemikiran, perasaan ataupun perbuatan, sesungguhnya berasal dari kebiasaan atau habits yang secara otomatis terjadi pada diri kita. Contoh, dalam bela diri yang dilatih adalah pembiasaan sehingga gerakan beladiri menjadi sebuah refleks.
Menurut Ayyun Seseorang yang memiliki banyak habits baik dalam dirinya sudah dapat dipastikan akan lebih berhasil dalam kehidupannya dibandingkan dengan seseorang yang memiliki sedikit habits yang baik. Proses terbentuknya habits pada manusia: Thoughts > Purposes > Actions > Habits > Personalities. Cara pikir menentukan kecenderungan, cara pikir juga menghasilkan keyakinan, dan keyakinan membentuk perbuatan. Maka perbedaan cara pikir akan membuat perbedaan amal. Apakah kita memilih atau tidak memilih, habits akan tetap ada dalam diri kita. Sayangnya, secara alami, biasanya yang muncul adalah habits yang buruk, bukan yang baik. If you choose not to plant flower on your garden, then weeds will grow without encouragement or support. Sungguh menyenangkan tentunya, apabila kita bisa memanipulasi habits ini untuk tujuan kita. Bukannya malah membiarkannya mengendalikan hidup kita.
Ayyun juga mengatakan Walaupun pada manusia habits yang dipilihnya dipengaruhi oleh cara berpikir. Namun, dalam proses pembentukannya, peran akal tidaklah terlalu dominan. Faktor yang menentukan apakah kita akan memiliki habits hanya 2 hal, yaitu practice (latihan) dan repetition (pengulangan), yang tentu saja dilakukan dalam rentang waktu tertentu. Practice makes right, repetition makes perfect. Ibu dari semua keahlian adalah repetition (pengulangan) dan ayahnya adalah practice (latihan).
Jadi Ayyun menyimpulkan bahwa Walaupun habits akan semakin solid seiring dengan waktu, namun bisa kita ambil bahwa 30 hari atau 1 bulan adalah batas minimal habits dibentuk. Setidaknya ini menjadi sebuah batasan bagi kita memulai membentuk habits. Sederhananya, untuk membentuk habits baru, maka kita harus melakukan practice dan repetition selama 30 hari berturut-turut secara konsisten, tanpa ketinggalan satu hari pun. Karena habits berarti pembiasaan, dan pembiasaan memerlukan konsistensi.
Kabar baiknya adalah, untuk membentuk suatu habits, kita tidak perlu merasa ‘perlu berubah’ ataupun ‘memiliki motivasi’ karena dalam banyak kasus habits bisa terbentuk walaupun seseorang tidak memiliki motivasi sama sekali. Habits bisa terbentuk baik ketika kita rela dengan repetisi aktivitas itu ataukah kita terpaksa melakukannya. Rela ataupun terpaksa, habits akan tetap terbentuk, walaupun habits yang dibentuk atas dasar kerelaan tetap akan lebih berkualitas dibandingkan dengan habits yang terbentuk karena paksaan. Tidak perlu pula mempertimbangkan logika atau pikiran dalam membentuk habits, karena manusia tidak selamanya logis. Jadi kembali kita tekankan bahwa habits lahir karena kehadiran ayah dan ibunya, practice dan repetition. Selama mereka ada, kita tidak perlu khawatir akan lahirnya habits, walaupun yang terjadi kawin paksa ala Siti Nurbaya. Karena habits bukan masalah motivasi tapi pengkondisian.