Dosen fdikom Mengisi Kajian Ramadhan Virtual Fakultas Seni Rupa dan Design Universitas Trisakti Jakarta

Alhamdulillah kajian Ramadhan di Masa Pandemi covid-19 yang diselenggarakan oleh Fakultas Seni Rupa dan Design Universitas Trisakti telah selesai dilaksanakan dengan baik. Kajian ini diikuti oleh civitas akademika Fakultas Seni Rupa dan Design USAKTI dan dibuka secara resmi oleh Ibu Dekan Sangayu Ketut Laksmi N. Kajian ini juga diikuti oleh Bapak/ Ibu Para Wakil Dekan USAKTI, Pimpinan Prodi, Ka. Lab, Bapak/Ibu dosen dan tenaga kependidikan USAKTI. Kajian Ramadhan dengan Judul “Meraih Hakekat Idul Fithri di Masa Pandemi Covid-19” dilaksanakan pada hari Kamis (21/05) dan dimulai dari jam 10.00 sampai jam 11.45.
Dalam ceramahnya, Nur Hidayat, yang juga Dosen Fidikom UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyampaikan bahwa, Idul Fithri 1441 kali ini yang bersamaan dengan terjadinya pandemi covid-19 tidak bisa dilakukan seperti biasanya. Tradisi mudik, takbir keliling, shalat Idul Fithri di Masjid atau di Lapangan, silaturrahmi dan Halal bi halal dengan keluarga dan handai taulan kemungkinan tahun ini bakal tidak bisa terlaksana, sehingga banyak yang beranggapan bahwa dul Fithri nya gak seru, gak asyik, gak kerasa, bahkan ada yang bilag gak jadi. Semua terasa hambar, seolah-oleh Idul Fithri kali ini menjadi gagal. Tetapi apakah demikian? Hanya gara-gara tidak mudik, tidak shalat Idul fithri di masjid, dan tidak silaturrahmi keliling dianggap tidak ber Idul Fithri?
Menurut Nur Hidayat dalam ceramahnya, justru Idul Fithri tahun ini, bisa menjadi Idul Fithri yang lebih berkualitas dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya Idul Fithri kali ini benar-benar menjadi seleksi alamiah, siapa yang ber-idul fithri secara fisik dan siapa yang ber-Idul fithri secara hakiki. Idul Fithri secara fisik, biasanya disimbolkan dengan sesuatu yang bernilai fisik; baju baru, perhiasan baru, cat rumah baru, perabotan baru, mobil baru, dan aneka hidangan yang enak-enak. Bagi orang yang ber-Idul fithri secara fisik merasa gagal lebarannya kalau belum beli baju baru, belum dapat tiket mudik, belum cair THR nya, belum bisa menunjukan nilai materi yang ada padanya. Mereka tidak pernah berfikir tentang, apakah puasanya diterima, dosanya diampuni, puasanya full apa tidak, tarawihnya full apa tidak, tadarusnya sudah dapat berapa kali khatam, dan kebaikan apa yang didapatkan dari bulan suci Ramadhan ini. Padahal yang terahir inilah sesungguhnya nilai spiritual Idul Fithri kita yang hakiki. Imam Ali Karromallohu wajhah berkata;

ليس العيد لمن لبس الجديد انما لعيد لمن طاعته تزيد
Untuk itu menurut Nur Hidayat, saat sekarang ini kita mungkin boleh merasa gagal dalam Idul fithri secara fisik, tetapi jangan sampai gagal beridul fithri secara hakiki. Untuk itulah mestinya di saat bulan Ramadhan yang suci dan penuh berkah ini kita diberi kesempatan oleh Allah melalui Pandemi covid-19 ini untuk meraih idul fithri yang hakiki dengan jalan Berpuasa di siang hari dengan benar, sungguh-sungguh, penuh Iman dan perhitungan, maupun qiyam ramadhan di malam harinya juga dengan sungguh-sungguh, penuh iman, dan perhitungan, maka sejatinya dia telah memperoleh Idul Fithri yang hakiki. Banyak amal shalehnya, dihapus dosa-dosanya, meningkat semangat taqwanya itulah hakekat Idul fithri yang sebenarnya. Semoga kita semua dapat meraihnya. Amin ya rabbal ‘alamin. (nh/mar)