HMJ PMI Gelar LITERASI II Menghadirkan Peneliti BALITBANG KEMENDAGRI
HMJ PMI Gelar LITERASI II Menghadirkan Peneliti BALITBANG KEMENDAGRI

Pada hari Jum’at (20/5), Himpunan Mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam melanjutkan kegiatan Rutin “LITERASI” (Lingkar Bertukar Inspirasi) yang dilaksanakan via daring Google Meet dan terbuka untuk umum. Tema yang dibahas kali itu ialah “Inovasi Modal Sosial Dalam Mempercepat penanganan COVID 19” tema ini telah dikupas tuntas oleh Dosen Pengembangan Masyarakat Islam yaitu Wati Nilamsari bersama dengan Peneliti BALITBANG Kementrian Dalam Negeri yaitu Imam Radianto Anwar.

Diskusi LITERASI selalu memberikan kesan tersendiri untuk para Audiens, terlihat dari antusias para audiens dalam menanyakan berbagai hal yang sangat mengulik berbagai kenyataan yang terjadi di tengah masyarakat, ada 5 pertanyaan yang dilontarkan dari beberapa audiens. Terkait inovasi modal sosial dalam mempercepat penanganan COVID-19 ini membuat teman-teman sangat antusias dalam memberikan tangapan-tanggapan yang tiada henti belum lagi dengan pemateri yang mempunyai banyak wawasan seputar kemasyarakatan membuat diskusi semakin hidup.

Diskusi LITERASI juga dapat mendapatkan pembelajaran bahwa Inovasi merupakan landasan dalam melakukan pembaharuan dan moderenisasi didorong oleh penemuan ilmiah (Inventions), sementara terhadap perubahan sosial pembaharuan mempunyai pengaruh timbal-balik (Ndraha, 1990, p. 10). Inovasi penguatan modal sangat berpengaruh dalam penangan Covid-19, dan Penguatan Modal Sosial Untuk Penanganan Covid-19.

Imam Radianto A menjelaskan bahwa dalam menangani pandemi Covid-19 ini diperlukan kerja sama semua sektor, termasuk pemerintah dan masyrakat. Baik pemerintah maupun masyarakat harus sama-sama melakukan aksi untuk mempercepat penanganan Covid-19 ini. Aksi yang dilakukan pemerintah direfleksikan melalui kebijakan-kebijakannya seperti pemotongan anggaran dan difokuskan untuk penangan Covid-19, karantina wilayah dll. Kemudian aksi dari masyarakat direfleksikan dengan mematuhi kebijakan dari pemerintah, di samping itu masyarakat juga bisa berinisiasi untuk filantropi sehingga modal sosial yang ada di masyarakat akan semakin erat.

Penguatan modal sosial dan inovasi sosial dalam penanganan Covid-19 yaitu dengan kegiatan belajar mengajar jarak jauh, diteksi Covid-19 dengan Aplikasi, Produksi APD mandiri, bantuan langsung tunai. Dari materi yang disampaikan juga mengandung pesan agar teman-teman mahasiswa memberikan pengabdian kepada masyarakat. Tetapi semua itu tidak akan berjalan dengan lancar jika tidak adanya keterlibatan masyarakat, keterlibatan kita semua yaitu dengan interaksi masyarakat PSBB, pengumpulan donasi melalui sosial media, serta bekerja dengan protokol Covid-19.

Sementara itu Wati Nilamsari menjelaskan bahwa peran aktor/ stakeholder dalam penanganan Covid-19 yaitu negara menjamin perlindungan hak atas kesehatan warga, yaitu dengan cara anjuran social distancing dan PSBB, menempatkan 135 thermal scanner diseluruh bandara, menunjuk 100 Rumah sakit rujukan, pencabutan sementara bebas visa dan visa on arrival untuk warga negara RRT, penghentian sementara impor live animal dari RRT. yang paling penting adalah kita semua harus bisa melakukan aktifitas di rumah.

Untuk merawat modal sosial yang ada di masyarakat, maka diperlukan penguatan kelompok dan jaringan (network), meningkatkan trust (kepercayaan) dan rasa solidaritas sosial, meningkatkan partisipasi dan aksi proaktif, serta menjaga reciprocity (tukar kebaikan antar individu dalam kelompok). “Bersyukur Indonesia berada di peringkat kelima di dunia untuk modal sosial dan peringkat pertama untuk partisipasi sipil serta sosial, dengan tingkat relawan tertinggi dari negara mana pun (Legatrum Prosperity Index 2019)” Tutup beliau.

Diskusi kali ini berlangsung dari jam 14:00 – 16:00 dengan jumlah peserta sekitar +- 50 orang. (mtd/mar)