Fidikom Bangun Sinergitas dengan Wali Mahasiswa
Fidikom Bangun Sinergitas dengan Wali Mahasiswa
[caption id="attachment_1458" align="aligncenter" width="1024"] Pimpinan Fidikom bersama perwakilan wali mahasiswa[/caption] Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidikom) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyelenggarakan kegiatan dialog dan silaturahmi dengan para orang tua mahasiswa Fidikom di Auditorium Harun Nasution, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Senin pagi, 4 November 2019. Dikutip dari laman lensapena bahwa untuk mencetak generasi yang cerdas dan berkualitas: yaitu cerdas secara intelektual, cerdas secara emosional, dan cerdas secara spiritual, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidikom) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengajak para orang tua/ wali mahasiswa untuk ikut serta dalam memberikan motivasi kepada anak-anaknya yang menjadi mahasiswa/mahasiswi di fakultas tersebut. Pimpinan Fidikom juga mendorong agar wali mahasiswa membentuk sebuah forum komunikasi, hal ini bertujuan untuk membangun sinergitas, sekaligus saling berbagi informasi terkait hal-hal yang mendukung kemajuan dan kebaikan mahasiswa/ mahasiswi di fakultas  tersebut. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Masri Mansoer, mengatakan bahwa orang tua jangan sampai tidak mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh anaknya yang menjadi mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah. Diakuinya, pesatnya teknologi serta semakin banyaknya fasilitas yang memudahkan mahasiswa/ mahasiswi untuk melakukan hal-hal negatif, perlu diwaspadai dan harus mendapatkan perhatian khusus. Menurutnya, mahasiswa/mahasiswi yang sedang studi di perguruan tinggi adalah fase remaja yang memiliki ciri-ciri: mulai matang secara emosional dan intelektual: berpikir rasional dan bertanggung jawab: terbuka dalam menerima perbedaan dan perubahan karena banyaknya informasi yang bisa diakses: sudah menemukan model identitas diri: mandiri, karena itu ingin lepas dari pengaruh dan pengawasan orang tua, namun kebanyakan belum mandiri secara ekonomi: mampu bergaul dan adaptasi. Pada ciri-ciri sebagai remaja yang belum mandiri secara ekonomi itulah, menurut Masri, peran orang tua sangat diperlukan. Jangan sampai remaja terjerumus dalam hal-hal yang negatif untuk mendapatkan materi, hingga akhirnya masuk dalam jaringan peredaran narkoba, mencari uang dengan menjajakan dirinya (bagi remaja putri) atau dengan cara-cara menyimpang lainnya. “Karena mahasiswa tidak saja dituntut cerdas secara intelektual, tetapi juga secara emosional, dan cerdas secara spiritual,” ujar Masri Mansoer. Untuk itu, kata Masri Mansoer, orang tua harus terus memantau kegiatan anak-anaknya, terutama kegiatan di luar kampus, apalagi tidak ada hubungannya dengan apa yang telah diprogramkan oleh kampus. Masri menyebutkan ada organisasi ekstra kampus (selain Unit Kegiatan Mahasiswa) yang dapat diikuti mahasiswa, diantaranya Himpunan Mahasiswa Islam, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Pada kesempatan yang sama, Masri membahas teori yang ditulis oleh Syamsu mengenai dampak buruk dari disfungsional keluarga. Disfungsional keluarga dan ditambah dengan erosi nilai-nilai agama dalam keluarga akan melahirkan remaja yang berperilaku laku nakal/ susah diatur, mengalami depresi, melakukan tindakan kekerasan dan kriminal, melakukan hubungan seksual bebas, meningkatnya penderita HIV/AIDS, dan kecendrungan terhadap miras dan obat-obatan terlarang. Masri menyebutkan di sekitar kampus UIN Jakarta ada beberapa apartemen murah yang kemungkinan dijadikan sebagai tempat transaksi seks  bebas. Dekan Fidikom Suparto, dalam sambutannya mengatakan, mendorongnya agar wali mahasiswa ini membentuk forum komunikasi, salah satunya adalah untuk saling bertukar informasi, dalam mengurai persoalan-persoalan yang dihadapi oleh mahasiswa, baik secara akademik maupun persoalan lain di luar akademik yang masih berhubungan dengan kelangsungan proses studi sebagai mahasiswa. “Kita ingin antara Fidikom dan para orang tua semakin memperkuat komunikasi. Hal ini penting agar terjadi saling pengertian di antara kedua belah pihak,” kata Suparto. Diakuinya, sampai saat ini masih banyak mahasiswa di Fidikom yang terlambat menyelesaikan studi. Hal itu dikarenakan oleh berbagai alasan. Dalam hal ini, pihaknya akan terus membantu mahasiswa agar segera menyelesaikan studi. Untuk itu, dengan adanya forum komunikasi ini nantinya, sinargitas antara orang tua dengan pihak fakultas, kata Suprato, bisa ikut membantu mengurai persoalan-persoalan tersebut. “Sesuai ketentuan, masa belajar di UIN Jakarta berdurasi maksimal selama 14 semester. Namun, kita berharap mahasiswa dapat menyelesaikannya di bawah batas akhir itu,” urainya. Suparto juga meminta agar para orang tua dapat memantau perkembangan anak-anaknya. Caranya misalnya dengan melihat perkembangan nilai belajar mereka secara berkala. Dan, forum komunikasi ini juga diharapkan bisa saling memberi informasi dan masukan positif dalam meningkatkan mutu akademik, bahkan untuk meningkatkan keahlian mahasiswa. Dalam hal ini, Suparto menekankan agar para orang tua dapat membantu, semisal untuk program pemagangan di tempat mereka bekerja. “Ini tentu positif untuk membangun karakter dan kreativitas mahasiswa,” tandasnya. (MAR)