
Aku adalah salah satu mahasiswa di kampus yang menerima beasiswa Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul. Sebab dari itu aku senang sekali untuk ikut serta dalam kegiatan relawan, karena menurutku kegiatan tersebut merupakan salah satu timbal balik yang harus aku laksanakan kepada negeri ini. Aku juga pernah bermimpi untuk melaksanakan pengabdian di luar Pulau Jawa, agar aku bisa mengetahui dan merasakan permasalahan dan penderitaan apa saja yang terdapat di luar Pulau Jawa. Di tahun 2021 Allah mengabulkan mimpi ku, aku mendapatkan amanah dan kesempatan untuk melaksanakan pengabdian di pulau di Indonesia yang mendapatkan julukan “
The Island of Gods “, pulau itu adalah Bali. Ya aku ikut program Pejuang Muda namanya, salah satu program baru yang digagas oleh Kementerian Sosial bersama Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama, sebagai kolaborasi mewujudkan kampus merdeka belajar.
Pada tanggal 13 Oktober 2021 sampai tanggal 22 Oktober 2021 saya melaksanakan pembekalan terlebih dahulu sebelum saya dan peserta yang lain diberangkatkan ke daerah penempatan. Kesimpulan dari materi pembengkalan yang saya terima adalah program Pejuang Muda lahir dari permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat. Mulai dari program bantuan yang tidak tepat sasaran, data administrasi yang tumpang-tindih, sampai Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang menjadi enggan berusaha karena terlena oleh bantuan yang didapat setiap bulan. Dengan adanya berbagai permasalahan tersebut, Pejuang Muda diharapkan dapat menemukan solusi yang tepat dan realistis sehingga mampu untuk diaplikasikan ke masyarakat.
Secara garis besar ada tiga tugas utama Pejuang Muda, yaitu:
- Verifikasi dan validasi DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) ke rumah KPM
- Team-Based Project yang bersifat sustainable dan dapat menyelesaikan permasalahan sosial- ekonomi masyarakat berdasarkan potensi yang dimiliki
- Tugas perkuliahan daring melalui SPADA
Selama melakukan verifikasi dan validasi data, saya menemukan berbagai fakta dan kondisi, Melihat langsung kondisi masyarakat membuat mata saya lebih terbuka akan kesulitan yang dialami oleh sebagian penduduk Indonesia yaitu kemiskinan. Tidak dapat dipungkiri bahwa diantara DTKS yang kami terima, terselip nama-nama yang tidak layak untuk menerima bantuan baik PKH maupun BPNT. Kondisi ekonomi yang berkecukupan dan stabil ternyata tidak membuat mereka malu untuk menerima bantuan. Di sisi lain, ada orang-orang yang benar-benar membutuhkan bantuan karena keadaan mereka yang memprihatinkan.
Saya masih ingat betul ketika saya melakukan verifikasi dan validasi data di daerah Sembung, saya banyak menemukan KPM yang tidak memiliki fasilitas buang air kecil dan besar. Untuk KPM yang tidak memiliki fasilitas buang air kecil dan besar, mereka akan melakukan buang air kecil dan besar di sungai ataupun di kebun. Di daerah Petang, saya juga menemukan KPM yang keadaannya sangat sulit . Beliau tinggal sebatang kara dan umurnya sudah cukup tua sehingga kemampuan penglihatan dan pendengarannya menurun Ia tinggal di rumahnya yang pernah diberikan bantuan renovasi rumah oleh Dinsos Badung, sehingga kondisi rumahnya sekarang sudah dibeton. Namun kondisi rumah beliau tidak terdapat kakus dan yang lebih parah lagi listrik pun tidak ada. Tidak pernah terbayang sebelumnya di benak saya bahwa ada orang sesulit itu di kehidupan nyata. Keadaan beliaulah yang menggugah semangat saya untuk terus mengupayakan pendataan yang tepat agar tidak ada lagi bantuan yang salah sasaran. Karena Pejuang Muda adalah tim yang independen, kami diharapkan, kami diharapkan mampu menilai kondisi masyarakat secara objektif, walaupun terkadang KPM juga kurang kooperatif dalam menjawab pertanyaan.
Selanjutnya untuk tugas kedua yaitu Team-Based Project
, dari hasil kami melaksanakan verifikasi dan validasi data di lapangan, kami menemukan garis besar permasalahan masyarakat di Badung yakni khawatir tidak bisa membeli makan dan juga kondisi masyarakat lansia yang tidak aktif lagi. Sehingga kami membuat program di daerah Kecamatan Abiansemal, Desa Selat. Program tersebut bernama “Ngiring Mekarya Program Pemberdayaan Lansia Melalui Pelatihan Penanaman Hortikultura Di Desa Selat” diikuti oleh peserta Lansia, Perangkat Desa, dan Pegawai Dinas Sosial Kabupaten Badung. Lansia merupakan sasaran utama dari program ini yaitu diberdayakan agar hidup lansia menjadi produktif. Terciptanya program dan sistem bercocok tanam yang efektif dan efisien bagi lansia di Desa Selat. Tujuan dari program kami adalah terciptanya program dan sistem bercocok tanam yang efektif dan efisien bagi lansia di Desa Selat, meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kesadaran dan memotivasi mitra khusus kelompok lansia dalam pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber pangan yang sehat dan terjamin, meningkatkan dan menjaga kualitas hidup lansia agar tetap produktif dalam melakukan kegiatan sehari-hari termasuk bercocok tanam, hortikultura.