Cerita Pejuang Muda Bulukumba
Cerita Pejuang Muda Bulukumba
Perkenalkan nama saya Meilani Zahra. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial saat mengikuti magang saya masih semester 5. Awal mula saya mengikuti program magang Pejuang Muda Kemensos yaitu ketika saya merasa diri saya tidak aktif organisasi di kampus, karena saat saya ingin mengikuti organisasi kampus covid mulai merebak di Indonesia. Saat itu saya hanya iseng mendaftar karena saya juga tidak berharap diterima, tetapi ternyata saya beruntung saya diterima di program magang Pejuang Muda Kemensos. Setelah dinyatakan diterima saya termasuk ke dalam 100 orang yang diundang untuk data ke Kemensos bertemu dengan Menteri Sosial dan jajarannya. Beberapa hari setelah saya dinyatakan diterima lalu diumumkan penempatan untuk tiap peserta. Rasanya menegangkan saya takut ditempatkan jauh dari domisili saya, setelah melihat pengumuman ternyata saya ditempatkan sangat jauh dari domisili yaitu di Bulukumba Sulawesi Selatan. Awalnya saya ragu tetapi karena transportasi dibiayai dan ternyata magang ini dibayar saya menjadi yakin, saya juga berpikir di Bulukumba saya bisa menambah relasi sekalian jalan – jalan dan bisa melihat bagaimana kabupaten Bulukumba. Akhirnya pada tanggal 27 Oktober saya berangkat ke Bulukumba, saya tiba di Bandara Soekarno Hatta jam 8 diantar oleh keluarga saya, penerbangan saya pukul 10:40 WIB  hanya saya sendiri yang dari Jakarta. Sesampainya di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar pukul 14:40 kalau tidak salah, saya sudah janjian dengan sesama peserta yang penempatannya di Bulukumba, dia dari Pasuruan Jawa Timur namanya Risma, kebetulan landing kita hanya berbeda 5 menit. Dari bandara kami sudah memesan travel untuk perjalanan ke Bulukumba, Makassar – Bulukumba ditempuh selama kurang lebih 5 jam naik mobil. Uang transportasi semuanya dibiayai oleh Kemensos. Sampai di Bulukumba sekitar jam 23:30 WITA,  kami sudah sepakat untuk menginap semalam di rumah salah satu peserta Pejuang Muda yang memang asli orang Bulukumba yaitu Ka Biru. Ternyata di rumah Kabiru sudah ada Ka Charlie yang berasal dari Makassar. Keesokannya kami berkumpul di rumah Ka Biru, total kelompok saya ini ada 10 orang. Saya dan yang lain berkenalan, ada 5 orang asli Bulukumba yaitu Ka Ilham sebagai koor kelompok saya dari Universitas Negeri Makassar (UNM), Ka Diana dari Universitas Muhammadiyah Makassar, Irman dari UNM, Ka Biru dari Universitas Sultan Hasanuddin dan Ka Badawi Universitas Sultan Hasanuddin. Kemudian yang dari luar Bulukumba ada 5 orang juga yaitu saya dari Jakarta (UIN Jakarta), Risma dan Ka Riky dari Pasuruan  (Universitas Jember), Ka Afud dari Luwu (UNM), dan Ka Charlie dari Makassar (Universitas Sultan Hasanuddin. Kami langsung koordinasi dengan Dinsos Bulukumba. Setelah bermalam di rumah Ka Biru saya dan teman – teman menyewa sebuah basecamp di pusat kota Bulukumba, kami tinggal di basecamp ber-10 awalnya fasilitasnya nyaman karena kamar perempuan ada AC. Tetapi saya dan teman – teman tidak lama karena air kamar mandi berubah menjadi hitam, mungkin tercemar sawah karena perumahan tersebut dekat dengan sawah, akhirnya kami pindah basecamp ke rumah milik Ka Biru yang kosong. Kami seperti membuat kantor sendiri, koor kelompok saya Ka Ilham. Kelompok kami ini berkoordinasi dengan Dinsos Bulukumba. Pekerjaan yang kita lakukan itu melakukan verifikasi dan Validasi data DTKS atau data penerima bantuan di Kabupaten Bulukumba. Sistem kerjanya yaitu kita menargetkan tiap kecamatan terlebih dahulu, pertama kali itu kecamatan Gantarang karena datanya paling banyak. Di kecamatan Gantarang itu dalam sehari kami dibagi menjadi 2-3 tim  untuk menyebar ke 2-3 desa bahkan jika data di desa sedikit kami sehari bisa sampai 5 desa. Begitulah kerja kami, tapi kita memiliki hari libur yaitu hari sabtu dan minggu dimana kedua hari itu membahas dan menyusun proposal projek sosial kami untuk kabupaten Bulukumba. Rencana saya dan teman – teman yang dari luar pulau itu berangkat dari Bulukumba ke Makassar tanggal 20 Desember dan terbang tanggal 23 karena waktu kepulangan dibatasi sampai tanggal 25. H-2 sebelum berangkat dari Bulukumba ke Makassar tim kami bertemu dengan tim Pejuang Muda Kota Sinjai kami janjian di pantai Tanjung Bira dan bermalam disana. Paginya kami bersenang – senang di pantai menaiki banana boat, bertukar cerita pokoknya sangat seru dan tidak bisa terlupakan. Tanggal 20 akhirnya tiba kami sudah memesan elf untuk berangkat dari Bulukumba ke Makassar, ternyata teman – teman yang rumahnya di Bulukumba pun ikut mengantar ke Makassar dan sudah berjanji untuk mengantar sampai bandara. Di Makassar saya dan teman – teman bermalam di rumah Ka Charlie, keesokannya tanggal 21 Desember kami jalan – jalan mengelilingi kota Makassar dan malamnya membeli sarabbah yaitu minuman sejenis wedang jahe, tanggal 22 Desember kami jalan – jalan lagi dan membeli oleh – oleh untuk keluarga di Jakarta. Tanggal 23 Desember saya, Ka Riky dan Risma sudah siap untuk berangkat ke Bandara aah sedih sekali rasanya berpisah saya sudah nangis terus dari sebelum hari H huhuhu. Mereka baik sekali mereka benar – benar mengantar sampai ke bandara. Dan akhirnya tanggal 23 resmi kita berpisah, saya juga berpisah dengan Risma dan Ka Riky yang dari Pasuruan. Makasih ya untuk 56 harinya yang biasanya 1 basecamp 24 jam full, sekarang sudah pulang ke rumah masing – masing. Awalnya takut ke Bulukumba tapi ternyata dibuat nyaman sama kalian semua,bener bener ga bakal lupa si gimana ngerasain capeknya setiap hari. Pake koyo bareng,oles fresh care kalo malem, kamar ber AC udah kaya ruang keluarga karena pada pengen ngadem huhu,tragedi air kamar mandi jadi item mana bau lagi wkwkwk. Makasih juga buat Ka Biru dan nenek Ka Biru yang sudah banyak membantu di Bulukumba hehe parah siiii baik banget. Makasih juga buat ka Ilham sebagai koordinator tim yang udah sabar banget walaupun ngeselin,suka ngomel kalo pada lama tapi tetep lawak ujung – ujungnya hehe. Ga Bakal lupa gimana dinginnya Bulukumpa,puncak Maara Sinjai,keindahan pantai Bira,kebun karet,ke Kajang yang harus make baju serba item dan pemandangan lainnya. Jangan lupa juga tragedi rumah berhantu yang bikin kita semua jadi pindah malem – malem wkwk, Seneng jadi tau bahasa Bugis kaya gimana dan bahasa Makassar juga, walaupun kadang ada aja yang bikin jengkel  tapi tetep sayang kalian,bakal susah banget buat ketemu lagi kalian jauh banget, pokoknya bakal selalu inget kafe langganan kita, kangen bolak balik Indomaret cuma buat beli minuman yang harganya 5k,yang tiap ada yang mau belanja ke Alfamidi atau sejenisnya pasti pada nitip,Risma yang selalu beli cemilan banyak, ka Ledi yang logatnya lucu tapi khas banget, ka Riky yang serba cepat,ka Charlie yang kalo ngomong jadi lawak,ka biru yang super jail banget tiada tandingan,ka Ilham yang ngeselin bgt tapi lawak,terus Irman yang baik banget selalu mengalah,ceria terus ga pernah ngeluh,ka Bdw yang pinter banget abis, dan kaa Afud yang relasinya banyak tapi bikin jengkel terus huee.