FIDIKOM Lepas 112 Wisudawan ke-110
FIDIKOM Lepas 112 Wisudawan ke-110
Dalam rangka melaksanakan agenda tahunan, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) mengadakan Comumunity Development (Comdev) 2018. HMJ PMI melaksanakan acara seminar dalam rangkaian Comdev 2018 dengan mengangkat tema “Menguatkan Pikiran Memberdayakan Masyarakat”. Seminar ini menghadirkan narasumber yang relevan dengan tema yang diangkat, yaitu Yan Yan Yawardi dan Gusri Effendi. Acara berlangsung Kamis (18/10) kemarin, di Teater Prof. Aqib Suminto, Gedung Fdikom lantai dua. Gusri Effendi mengawali sambutan dengan membuka data perputaran uang kota Tangerang Selatan (Tangsel) sebesar 80 triliun, dan distribusi dari hotel dan restauran itu sebesar 275 milyar. Terkait pemberdayaan masyarakat, Effendi mengutarakan bahwa Tangsel merupakan wilayah yang subur akan tumbuh-tumbuhan kol dan bawang merah. Menurutnya, bahkan mampu menyaingi negara Cina dan desa Brebes. “Untuk melakukan pemberdayaan masyarakat pemerintah harus membedah apa isi perut kota ini, dalam artian harus memahami potensi yang daerah miliki. Di tengah hegemoni pembangunan kota Tangsel, masih terdapat sebagian masyarakat yang tidak sanggup mengikuti perubahan dari daerah agraris menjadi daerah jasa dan perdagangan,” ungkapnya. Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Ekonomi Muhammadiyah ini menantang mahasiswa untuk mengubah satu contoh desa yang dirasa tidak layak menjadi desa yang lebih baik lagi, dengan cara bersinergi dengan pemerintah daerah bersangkutan. “Karena, ciri-ciri kota maju yaitu jika peran masyarakat dominan dalam pembangunan di daerah tersebut. Masalah kemiskinan sebenarnya masalah penguasaan ilmu pengetahuan, masih terdapat masyarakat yang tidak memahami tentang kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintahnya sendiri,” terangnya. Effendi melanjutkan, kelemahan lainnya yang dimiliki negara adalah bukan negara produksi. Terkait menguatkan kota Tangsel dalam sektor produksi bawang merah, Effendi berpendapat, mahasiswa seharusnya tidak perlu melakukan demonstrasi di depan Istana Presiden, karena yang dapat meningkatkan kualitas serta produksi bawang merah yaitu petani bawang itu sendiri. “Seharusnya mahasiswa turun ke desa-desa untuk membantu petani agar dapat meningkatkan kualitas produkai bawang merah, dan hal itu yang tidak dilakukan pada saat ini oleh mahasiswa,” ujarnya. Mahasiswa PMI, Nurul menuturkan, pembahasan tentang sumber daya lokal yang berada pada suatu daerah, dan bagaimana cara mengembangkannya, bertujuan untuk menguatkan pikiran memberdayakan masyarakat. “Kendala yang terjadi pada saat persiapan acara ialah sulitnya mencari narasumber yang sesuai dengan tema yang kita angkat, lalu sulitnya menarik massa untuk hadir dalam acara seminar ini,” ujarnya ketika disinggung menyoal kendala. Nurul berharap, agar dengan terselenggaranya acara ini dapat membangun paradigma mahasiswa UIN Jakarta untuk lebih peka terhadap masalah sosial yang terjadi, dengan teori-teori yang ada dapat mempermudah mahasiswa untuk melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat. (Muhamad Fajan)