Menghindarkan Fitnah untuk Moderasi Beragama
Menghindarkan Fitnah untuk Moderasi Beragama
Mahasiswa Program Studi Jurnalistik tahun angkatan 2016 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) UIN Jakarta  menggelar pameran foto jurnalistik, kegiatan yang rutin diselenggarakan oleh tiap angkatan setiap tahunnya kali ini mengangkat tema “Anggai Renjana”.  Pameran yang telah dimulai dari Senin (25/3) tersebut, bertempat di aula Student Center (SC) UIN Jakarta. Pameran yang terdiri dari beberapa rangkaian acara tersebut, mengadakan bedah buku “Literasi Visual”,  pada Rabu (27/3) kemarin, yang diisi oleh fotografer dan juga sebagai penulis buku Literasi Visual yakni Taufan Wijaya. Fotografer dan penulis buku, Taufan Wijaya menjelaskan, literasi visual merupakan hal terpenting dalam dunia fotografi. “Dalam dunia photography,  foto dapat mengecoh penglihatnya, maka sudut pemotretan perlu diperhatikan,” pungkasnya. Ia menambahkan, pengetahuan tentang literasi visual juga diperlukan pengetahuan yang dapat membantu untuk menginterpretasi dalam setiap foto. Foto juga dapat dimaknai dalam periode yang berbeda. “Contohnya, dulu foto Barack Obama dianggap tidak penting dan tidak bermakna, namun saat ia menjadi seorang presiden maka menjadi bermakna dan penting, karena pernah tinggal di Indonesia,” ungkapnya. Menurutnya, foto dapat membangun persepsi, multi interpretasi, serta tujuan utama dari literasi visual adalah berpikir kritis. Mahasiswa Polimedia Jakarta, jurusan fotografi, semester enam, Mikail Arvin Heriyanto menuturkan, dirinya mengetahui acara bedah buku tersebut dari sosial media. Acara tersebut membuat ia tertarik hingga menyempatkan hadir untuk acara tersebut. “Adapun alasan lain mengikuti acara tersebut guna menambah ilmu dan pengetahuan tentang fotografi,” pungkasnya. Ia mengatakan, acara tersebut bagus dan menarik, serta relevan bagi jurusan yang ia tekuni. Selain ilmu dan pengetahuan yang didapat, teman baru juga ia dapatkan dalam acara tersebut. “Literasi visual perlu dipelajari, karena terkadang kita lebih mengenal bahasa gambar dibanding tulisan, serta tidak hanya sekadar mengambil foto, tetapi harus mengetahui makna dari foto tersebut,” pungkasnya. Selain diskusi bersama Taufan Wijaya, pameran ini juga menggelar Talk Show Fotography pameran foto Anggai Renjana, pada Kamis (28/3), di aula Student Centre (SC). dikisahkan tentang dua fotografer, Eva Fauziah dan Hana Sayyida yang bercerita dibalik pemotretan foto. Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Jurnalistik, semester 12, Eva Fauziah menceritakan, pengalaman menarik saat pemotretan foto di Tanah Merah, Papua. “Selama enam bulan melakukan penelitian sosial budaya, flora fauna, pemotretan di daerah suku pedalaman, tanpa listrik dan sanitasi air bersih,” ujarnya. Ia menambahkan, pemotretan dilakukan dalam rangka penelitian dan pengabdian masyarakat yang bekerja sama dengan kementerian, ditemani bersama TNI. Saat melakukan pemotretan, ada hal yang harus dilakukan supaya hasil gambar terlihat hidup, yaitu melakukan riset dan membuat story boardseperti aspek social, agama, dan mata pencaharian. “Jangan terpaku dengan kamera yang digunakan, lebih eksplore teknis, dan isu yang akan diangkat menjadi foto, selama pemotretan menggunakan semua teknik fotografi, seperti freezing, moving,  panning, dan kompisisi garis serta warna,” tutupnya. (Chintia Desy Utami/Anisa Khairani)